COVER Rai Nayatri
EMBARGO  2026-10-13 
EMBARGO  2026-10-13 
BAB1 Rai Nayatri
EMBARGO  2026-10-13 
EMBARGO  2026-10-13 
BAB2 Rai Nayatri
EMBARGO  2026-10-13 
EMBARGO  2026-10-13 
BAB3 Rai Nayatri
EMBARGO  2026-10-13 
EMBARGO  2026-10-13 
BAB4 Rai Nayatri
EMBARGO  2026-10-13 
EMBARGO  2026-10-13 
BAB5 Rai Nayatri
EMBARGO  2026-10-13 
EMBARGO  2026-10-13 
Kulit merupakan organ terbesar tubuh yang berfungsi sebagai pelindung dari gangguan
eksternal, salah satunya adalah iritan. Iritan merupakan senyawa yang dapat merusak
skin barrier dan dapat dijumpai pada surfaktan yang digunakan di kosmetik. Untuk
mencegah iritasi, digunakan senyawa anti iritasi. Ektoin merupakan salah satu
senyawa yang bersifat anti iritasi karena kemampuannya melindungi protein kulit dari
berikatan langsung dengan surfaktan. Mereaksikan ektoin dengan Cu2+ diharapkan
meningkatkan sifat anti iritasi karena tembaga telah terbukti memiliki beberapa
manfaat pada kulit. Ektoin yang diproduksi pada penelitian ini berasal dari Halomonas
elongata BK-AG25 yang diisolasi dari kawah lumpur Bledug Kuwu, Jawa Tengah.
Dengan disintesisnya ektoin, bakteri tersebut dapat bertahan di situasi ekstrem seperti
konsentrasi garam yang tinggi. Ektoin diproduksi dengan media LB 5% lalu diinkubasi
selama 24 jam. Bakteri lalu dipindahkan ke media MM63 5% untuk optimasi biomassa
sel dan media MM63 18% untuk optimasi produksi ektoin. Media lalu disentrifugasi
dan sel yang berada di pellet dipindahkan ke NaCl 1% untuk mendifusikan ektoin.
Ektoin murni lalu dikarakterisasi menggunakan HPLC dan FTIR dengan ektoin
komersil sebagai pembanding. Untuk 50 ml media, didapatkan ektoin sebesar 0,187
+/- 0,02 gram. Untuk membuat kompleks, ektoin dilarutkan pada larutan NaOH untuk
mendeprotonasi gugus karboksilat. Setelah itu larutan ini ditambahkan larutan Cu2+
dari Cu(II)nitrat.trihidrat dan dipanaskan dengan suhu 100 oC selama 6 jam. Kompleks
ektoin-Cu2+ terbentuk berwarna kehijauan, dilanjutkan dengan karakterisasi FTIR.
Dari karakterisasi FTIR, dapat diketahui splitting energy dari vibrasi asimaterik dan
vibrasi simetrik sebesar 149 cm-1
dimana kemungkinan karboksilat berikatan secara
kovalen bidentat dengan 2 logam berbeda. Sifat anti iritasi lalu diuji dengan uji
kelarutan zein. Zein merupakan protein jagung yang menjadi model dari protein
keratin pada kulit. Zein akan larut dan terdenaturasi pada larutan surfaktan tetapi
kelarutan ini akan berkurang dengan adanya senyawa anti iritasi. Dengan penambahan
ektoin, persentase protein zein terdenaturasi berkurang yang menandakkan ektoin
yang diproduksi memiliki sifat antiiritasi. Pada 0,5% kompleks, protein zein yang
terdenaturasi lebih besar jika dibandingkan pada 0,5% ektoin. Akan tetapai, uji-t
menyatakan bahwa keduanya tidak memiliki perbedaan signifikan sehingga dapat
dikatakan kompleks tidak mempengaruhi aktivitas anti iritasi ektoin.