digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pariwisata termasuk semakin mendapat perhatian sebagai sarana untuk memberikan pengalaman yang dapat diakses dan pemurnian bagi kelompok pengunjung yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor penentu pariwisata termasuk di Candi Borobudur, sebuah situs peninggalan Budha terkenal di Indonesia, dengan menggunakan pendekatan metode campuran. Penelitian ini mengintegrasikan metode kualitatif dan kuantitatif, menggunakan analisis deskriptif, survei dengan 305 responden, validitas dan reliabilitas penilaian, serta analisis faktor konfirmatori (CFA) dan analisis faktor eksplorasi (EFA) yang dilakukan dengan alat SPSS dan JASP. Fase kualitatif melibatkan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus dengan berbagai pemangku kepentingan. Setelah fase kualitatif, survei dilakukan untuk mengukur secara kuantitatif determinan pariwisata yang termasuk yang teridentifikasi. Kuesioner terstruktur diberikan kepada 305 pengunjung Candi Borobudur, menggabungkan item skala Likert yang terkait dengan tema yang diidentifikasi. Analisis deskriptif digunakan untuk meringkas tanggapan dan memberikan gambaran tentang persepsi pengunjung terhadap pariwisata termasuk. Validitas dinilai melalui validitas isi, memastikan item kuesioner cukup mewakili konstruk pariwisata termasuk. Keandalan dievaluasi menggunakan ukuran konsistensi internal, seperti alfa Cronbach, untuk menilai konsistensi dan stabilitas item kuesioner. Analisis faktor konfirmatori (CFA) dilakukan untuk menguji model pengukuran dan menilai kesesuaian antara data dan kerangka teoritis yang diusulkan. Selain itu, analisis faktor analisis (EFA) digunakan untuk mengeksplorasi faktor struktur yang mendasari faktor penentu pariwisata, menyempurnakan pengukuran model lebih lanjut dan mengidentifikasi faktor atau dimensi baru yang potensial. Hasil dari analisis EFA mengungkapkan lima faktor baru yang terbentuk yaitu Manajemen staf, fasilitas, dan informasi, Operator Tur yang Dapat Diakses, Akomodasi, Transportasi, Fasilitas yang Dapat Diakses, Akomodasi yang Terjangkau, Transportasi yang disediakan oleh pemerintah. Kelima faktor tersebut sangat penting untuk dimiliki karena dapat digunakan untuk menentukan apakah parawisata dikatakan inklusif atau tidak.