Pariwisata termasuk semakin mendapat perhatian sebagai sarana untuk
memberikan pengalaman yang dapat diakses dan pemurnian bagi kelompok
pengunjung yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor
penentu
pariwisata
termasuk
di
Candi
Borobudur,
sebuah
situs
peninggalan
Budha
terkenal
di
Indonesia,
dengan
menggunakan
pendekatan
metode
campuran.
Penelitian
ini mengintegrasikan metode kualitatif dan kuantitatif, menggunakan
analisis deskriptif, survei dengan 305 responden, validitas dan reliabilitas
penilaian, serta analisis faktor konfirmatori (CFA) dan analisis faktor eksplorasi
(EFA) yang dilakukan dengan alat SPSS dan JASP. Fase kualitatif melibatkan
wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus dengan berbagai pemangku
kepentingan. Setelah fase kualitatif, survei dilakukan untuk mengukur secara
kuantitatif determinan pariwisata yang termasuk yang teridentifikasi. Kuesioner
terstruktur diberikan kepada 305 pengunjung Candi Borobudur, menggabungkan
item skala Likert yang terkait dengan tema yang diidentifikasi. Analisis deskriptif
digunakan untuk meringkas tanggapan dan memberikan gambaran tentang
persepsi pengunjung terhadap pariwisata termasuk. Validitas dinilai melalui
validitas isi, memastikan item kuesioner cukup mewakili konstruk pariwisata
termasuk. Keandalan dievaluasi menggunakan ukuran konsistensi internal, seperti
alfa Cronbach, untuk menilai konsistensi dan stabilitas item kuesioner. Analisis
faktor konfirmatori (CFA) dilakukan untuk menguji model pengukuran dan menilai
kesesuaian antara data dan kerangka teoritis yang diusulkan. Selain itu, analisis
faktor analisis (EFA) digunakan untuk mengeksplorasi faktor struktur yang
mendasari faktor penentu pariwisata, menyempurnakan pengukuran model lebih
lanjut dan mengidentifikasi faktor atau dimensi baru yang potensial. Hasil dari
analisis EFA mengungkapkan lima faktor baru yang terbentuk yaitu Manajemen
staf, fasilitas, dan informasi, Operator Tur yang Dapat Diakses, Akomodasi,
Transportasi, Fasilitas yang Dapat Diakses, Akomodasi yang Terjangkau,
Transportasi yang disediakan oleh pemerintah. Kelima faktor tersebut sangat
penting untuk dimiliki karena dapat digunakan untuk menentukan apakah
parawisata dikatakan inklusif atau tidak.