ABSTRAK Dinan Andiwijayakusuma
PUBLIC Yati Rochayati COVER Dinan Andiwijayakusuma
PUBLIC Yati Rochayati BAB 1 Dinan Andiwijayakusuma
PUBLIC Yati Rochayati BAB 2 Dinan Andiwijayakusuma
PUBLIC Yati Rochayati BAB 3 Dinan Andiwijayakusuma
PUBLIC Yati Rochayati BAB 4 Dinan Andiwijayakusuma
PUBLIC Yati Rochayati BAB 5 Dinan Andiwijayakusuma
PUBLIC Yati Rochayati PUSTAKA Dinan Andiwijayakusuma
PUBLIC Yati Rochayati
Sistem Proteksi Fisik (SPF) mengintegrasikan berbagai elemen proteksi yang
terdiri dari personel, prosedur dan perangkat yang bertujuan melindungi aset,
material dan fasilitas dari upaya pencurian, sabotase maupun aksi serangan lainnya.
Fungsi utama SPF adalah sebagai: (a) pencegahan (deterrence), yaitu mencegah
serangan dengan menyediakan penghalang untuk menghentikan intrusi musuh, (b)
pendeteksian (detect), yaitu mendeteksi intrusi musuh, (c) penundaan (delay), yaitu
menunda tindakan musuh setelah intrusi terjadi dan terdeteksi, dan (d) penanggapan
(response), yaitu reaksi berupa penanganan satuan pasukan keamanan untuk
menetralisir musuh. Pada penerapannya evaluasi efektivitas suatu perancangan SPF
harus terus dilakukan secara berkala. Evaluasi ini untuk memastikan persyaratan
tujuan SPF tetap terpenuhi sehingga diperoleh SPF yang andal seiring dengan
dinamika dan perkembangan teknologi yang bisa memengaruhi efektivitas
keamanan SPF.
Evaluasi efektivitas SPF dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu kepatuhan dan
pendekatan kinerja. Metode kepatuhan melakukan evaluasi efektivitas SPF
berdasarkan kesesuaian fasilitas dengan kebijakan persyaratan dan peraturan
tertentu. Evaluasi dengan pendekatan kepatuhan bersifat kualitatif dan relatif
subjektif. Metode kinerja melakukan evaluasi efektivitas SPF berdasarkan pada
kinerja elemen proteksi dan pengaruhnya terhadap efisiensi sistem secara
keseluruhan. Metode pendekatan kinerja memiliki kelebihan berupa teknik analisis
kualitatif dan kuantitatif. Aspek penting dalam analisis kuantitatif tersebut adalah
penggunaan numerik pada elemen proteksi. Pengembangan pemodelan evaluasi
efektivitas SPF pada penelitian ini menggunakan pendekatan kinerja berbasis EASI
(Estimated Adversary Sequence Interruption) konvensional. EASI adalah
pemodelan satu dimensi (1-D) yang melakukan analisis jalur tunggal (single-path).
Model ini digunakan untuk menghitung probabilitas interupsi (!!) sepanjang jalur
dan mencari jalur yang paling rentan pada suatu fasilitas.
EASI memiliki banyak keunggulan dan populer digunakan, namun terdapat
keterbatasan dalam evaluasi SPF. Model ini menggunakan analisis jalur tunggal
(single-path) sehingga seorang analis SPF harus menentukan jalur musuh terlebih
dahulu untuk kemudian menganalisisnya satu per satu. Perangkat ini berpotensi menyulitkan analis SPF dalam analisis suatu fasilitas berukuran yang lebih besar
dengan kemungkinan jalur yang lebih besar. Penelitian ini mengembangkan
pemodelan multi-jalur (multi-path) untuk mengatasi hal tersebut. Keterbatasan lain
pada EASI adalah hasil perhitungan hanya menghasilkan satu nilai probabilitas
interupsi (!!) tanpa ketidakpastian terkait. Hal ini terjadi karena EASI
menggunakan nilai tunggal (single-value) pada parameter deteksi dan komunikasi
pada setiap elemen proteksi dengan tidak mempertimbangkan ketidakpastian pada
kinerja deteksi. Penelitian ini mengembangkan perangkat dengan kemampuan
menghasilkan distribusi nilai parameter probabilitas deteksi (!") dan probabilitas
komunikasi alarm (!#). Pengembangan ini menggunakan pendekatan stokastik
melalui simulasi Monte Carlo untuk mengambil sampel pada distribusi !# dan !"
sehingga menghasilkan distribusi nilai probabilitas interupsi (!!) dengan
kuantifikasi ketidakpastiannya. Model ini memiliki kemampuan untuk menentukan
jalur paling rentan yang digunakan musuh (Most Vulnerable Path - MVP) dengan
mengimplementasikan konsep titik deteksi kritis (Critical Detection Point - CDP).
Hasil pengembangan diuji dengan mengevaluasi perancangan SPF suatu fasilitas
hipotetis (Hypothetical National Nuclear Research Facility - HNNRF) untuk
memperkirakan nilai !!. Perhitungan dimulai dengan mengkonversi suatu skema
dua dimensi (2-D) fasilitas hipotesis menjadi diagram urutan musuh (Adversary
Sequence Diagram - ASD), dan menggunakannya untuk mencari CDP dan
menentukan jalur paling rentan (MVP).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa efektivitas SPF yang diperoleh untuk
HNNRF adalah 80,3%. Variabilitas dan ketidakpastian nilai !" dan !# di setiap
elemen proteksi menghasilkan distribusi nilai !! yang memberikan gambaran
potensi penurunan nilai estimasi !! secara signifikan pada suatu kondisi tertentu.
Hal tersebut perlu menjadi perhatian penting bagi perancang dan analis SPF untuk
menentukan nilai !" dengan benar atau menetapkan standar yang lebih tinggi agar
kinerja SPF tetap dapat diandalkan. Analisis sensitivitas dari estimasi nilai !$
menunjukkan bahwa hubungan antara !" terhadap !! dan !# terhadap !! bersifat
linear. Probabilitas deteksi pada elemen proteksi yang berlokasi di lapisan terluar
fasilitas relatif sangat sensitif dan memberikan pengaruh peningkatan nilai !! yang
signifikan dibandingkan dengan elemen proteksi pada lapisan yang paling dekat
dengan target.