digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Wirausaha merupakan faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebagai upaya untuk meningkatkan ekonomi Indonesia, universitas seperti ITB membangun jurusan kewirausahaan guna melahirkan para pengusaha yang dapat mengembangkan Indonesia. Namun, dampak negatif dari konflik tidak hanya mempengaruhi perusahaan dan startup lainnya, tetapi juga berdampak pada startup dalam jurusan Kewirausahaan ITB, yang menyebabkan penurunan kinerja, bahkan kegagalan bisnis seperti yang terjadi pada kasus Fillyn. Konflik terbukti tidak hanya bersifat merusak, tetapi juga konstruktif tergantung pada bagaimana startup mengelola konflik tersebut. Manajemen konflik yang baik ditandai dengan adanya resolusi konflik yang dapat meningkatkan atau mengembalikan kinerja tim. Beberapa variabel yang membangun resolusi konflik, seperti mendengarkan dengan aktif, empati, komunikasi terbuka, dan negosiasi, telah dikenal secara luas. Metodologi yang digunakan meliputi wawancara mendalam dan studi kasus ganda untuk mengidentifikasi pola variabel penyelesaian konflik yang yang baik setelah mengalami konflik. Peneliti menemukan bahwa faktor-faktor seperti active listening, empathy, open communication merupakan faktor yang substantial yang dibutuhkan dalam menyelesaikan konflik yang menjadi kunci bagi startup untuk meningkatkan performa mereka. Penelitian ini akan menjadi acuan bagi bisnis di jurusan kewirausahaan untuk menyelesaikan konflik serta mengembalikan performa kerja mereka.