ABSTRAK Yoni Saputra
PUBLIC Latifa Noor PUSTAKA Yoni Saputra
PUBLIC Latifa Noor
COVER Yoni Saputra
EMBARGO  2026-09-01 
EMBARGO  2026-09-01 
BAB1 Yoni Saputra
EMBARGO  2026-09-01 
EMBARGO  2026-09-01 
BAB2 Yoni Saputra
EMBARGO  2026-09-01 
EMBARGO  2026-09-01 
BAB3 Yoni Saputra
EMBARGO  2026-09-01 
EMBARGO  2026-09-01 
BAB4 Yoni Saputra
EMBARGO  2026-09-01 
EMBARGO  2026-09-01 
BAB5 Yoni Saputra
EMBARGO  2026-09-01 
EMBARGO  2026-09-01 
Sintesis zeolit dengan rasio Si/Al rendah memiliki banyak keuntungan diantaranya
zeolit yang dihasilkan memiliki sisi asam yang lebih banyak dengan kandungan Al
yang tinggi; sifat zeolit yang lebih hidrofilik, sehingga cocok digunakan untuk
reaksi dengan media air seperti pengurangan kesadahan, penyerapan ammonium
dan logam berat dalam air; kapasitas pertukaran ion yang lebih banyak; dan ukuran
partikel yang semakin kecil sehingga memperluas permukaan dan mempercepat
terjadinya reaksi. Zeolit BEA dengan rasio Si/Al yang rendah sulit didapatkan
secara konvensional karena sintesis zeolit tersebut melibatkan penataan spesi Al
dengan jumlah yang cukup banyak dalam kerangka zeolit. Sintesis zeolit secara
energetika lebih mudah dilakukan dengan kandungan silika yang tinggi (bukan
zeolit silika murni) dibandingkan dengan sintesis zeolit dengan kandungan
aluminium yang tinggi, sehubungan dengan perubahan entropi pembentukan yang
lebih besar (positif) dan perubahan energi bebas Gibbs yang lebih negatif pada
zeolit dengan rasio Si/Al tinggi. Sulitnya sintesis zeolit dengan rasio Si/Al rendah
ini sejalan dengan hukum Löwenstein tentang “penghindaran aluminium” dimana
ikatan -Al-O-Al- pada struktur alumninosilikat adalah terlarang. Hal ini membuat
zeolit dengan kandungan silika yang lebih banyak daripada jumlah aluminiumnya
jauh lebih mudah disintesis. Pada penelitian ini, dilakukan variasi parameter sintesis
berupa rasio Si/Al, waktu sintesis, suhu sintesis, dan variasi sumber aluminium
untuk mendapatkan zeolit BEA dengan rasio Si/Al terendah yang dapat disintesis
pada kondisi normal secara hidrotermal menggunakan TEAOH sebagai senyawa
organik pengarah struktur tanpa dilakukan proses aging. Rasio TEAOH dan NaOH
terhadap SiO2 yaitu 0,12 mengacu pada perbandingan Na dengan Si pada rumus
umum zeolit BEA yaitu Na7[Al7Si57O128]. Upaya sintesis zeolit dengan rasio Si/Al
= 5 menggunakan Al(OH)3 dan Ludox HS-40 sebagai sumber Al dan Si pada
penelitian ini tidak membuahkan hasil, bahkan dengan waktu sintesis 96 jam. Hal
ini dibuktikan dengan terbentuknya fasa amorf dari hasil karakterisasi
menggunakan difraksi sinar-x. Zeolit BEA mulai terbentuk pada rasio Si/Al 7,5 dan
waktu sintesis 60 jam dengan kristalinitas 74,77%. Peningkatan rasio Si/Al menjadi
10 dapat mempersingkat waktu yang diperlukan untuk sintesis zeolit BEA menjadi
48 jam sekaligus cenderung meningkatkan kristalinitas zeolit BEA yang dihasilkan.
Waktu tersingkat yang diperlukan untuk melakukan sintesis zeolit BEA adalah
selama 36 jam dengan rasio Si/Al minimal yang dibutuhkan 12,5. Pengurangan waktu sintesis menjadi 24 jam tidak memberikan hasil berupa zeolit BEA walaupun
rasio Si/Al sudah ditingkatkan menjadi 30, menunjukkan bahwa faktor kinetika
berperan dalam sintesis zeolit. Zeolit BEA dengan kristalinitas tertinggi yang
berhasil disintesis pada penelitian ini adalah 92,79%, didapatkan pada rasio Si/Al
15 dengan waktu sintesis 48 jam, yang selanjutnya dijadikan acuan untuk variasi
suhu sintesis, sumber aluminium dan variasi alat yang digunakan untuk sintesis
zeolit. Peningkatan suhu sintesis mengarah pada pembentukan zeolit MFI,
menunjukkan bahwa zeolit BEA secara kinetika lebih mudah terbentuk namun
zeolit MFI bersifat lebih stabil secara termodinamika. Variasi suhu sintesis dan
penggunaan Al2O3 sebagai sumber Al bermuara pada pembentukan zeolit keluarga
pentasil MFI, MTW, MOR, dan kuarsa. Hasil menunjukkan urutan kestabilan
secara termodinamika adalah kuarsa > MOR, MFI > MTW. Penggunaan autoklaf
tubular sebagai alat sintesis berujung pada pembentukan satu jenis zeolit, yaitu
MFI. Al2O3 sebagai sumber Al mampu menghasilkan zeolit MFI dalam waktu 2
jam, sedangkan dengan menggunakan Al(OH)3, produk baru didapatkan dengan
kristalinitas yang baik pada waktu sintesis 8 jam. Hal ini menunjukkan bahwa Al2O3
mempengaruhi kinetika dengan mempercepat pembentukan produk. Sintesis zeolit
menggunakan autoklaf tubular selama 2 jam dengan sumber Al berupa Al2O3
menghasilkan zeolit MFI nanopartikel berbentuk bulat. Sedangkan peningkatan
waktu sintesis dengan parameter sintesis yang sama menghasilkan zeolit MFI
kristalinitas tinggi dengan morfologi berbentuk berbentuk campuran balok dan
heksagonal. Walaupun autoklaf tubular mampu mempercepat pembentukan zeolit,
namun metode ini tidak dapat memfasilitasi sintesis zeolit BEA dengan rasio Si/Al
? 5 sampai dengan waktu sintesis 12 jam.