digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Timothy Valerian Tambunan
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Timothy Valerian Tambunan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Timothy Valerian Tambunan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Timothy Valerian Tambunan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Timothy Valerian Tambunan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Timothy Valerian Tambunan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Timothy Valerian Tambunan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

DAFTAR Timothy Valerian Tambunan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2023 TA TF TIMOTHY VALERIAN TAMBUNAN 13319002 LAMPIRAN.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Jerawat, atau jerawat vulgaris, merupakan salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai. Hampir 85% remaja pernah mengalami jerawat, khususnya di bagian wajah. Dalam dermatologi, pencitraan medis untuk observasi dan evaluasi klinis yang mendorong penilaian secara objektif dibutuhkan karena biasanya penilaian hanya bergantung dengan pendapat subjektif dokter saja. Untuk kasus jerawat, citra karakteristik yang diperhatikan secara klinis adalah eritema dan luka inflamasi. Susunan pencitraan medis biasa tidak mampu menangkap karakteristik jerawat tersebut. Konfigurasi pencitraan dengan cahaya terpolarisasi tegak lurus menekankan pencitraan di bawah permukaan kulit sehingga mampu menangkap karakteristik klinis kulit berjerawat. Konfigurasi ini menolak silau atau pantulan cahaya dari permukaan kulit dan menerima cahaya yang terefleksi secara difusi dari jaringan bawah permukaan kulit serta sudah mengalami depolarisasi oleh refraksi ganda jaringan kolagen dermal. Pada penelitian tugas akhir ini, konfigurasi pencitraan menggunakan cahaya terpolarisasi tegak lurus disusun untuk memperoleh citra kulit berjerawat di wajah bagian pipi dengan peningkatan visualisasi karakteristik klinis. Untuk menguji keberhasilan konfigurasi, nilai kemerahan pada citra hasil dihitung. Citra hasil pencitraan subpermukaan menggunakan cahaya terpolarisasi tegak lurus terbukti memiliki nilai kemerahan tertinggi dibandingkan dengan polarisasi paralel dan tanpa polarisasi. Selain itu, untuk mendukung pendeteksian karakteristik tersebut, segmentasi citra menggunakan algoritma pengelompokan K-means dilakukan. Algoritma ini berhasil mengelompokan citra kulit berjerawat hasil menjadi lima kluster yang dua diantaranya memiliki nilai kemerahan tertinggi sehingga dinilai memuat citra karakteristik jerawat. Setelah proses segmentasi, kedua kluster tersebut kemudian dihitung luasnya dengan algoritma untuk memperoleh luas area jerawat di wajah bagian pipi. Hal ini dilakukan untuk membantu penilaian objektif dokter terkait tingkat keparahan jerawat dan efikasi obat jerawat. Setelah perhitungan luas berhasil, suatu simulasi dilakuan di mana citra jerawat yang diperoleh ukurannya diperkecil hingga ukuran tertentu yang nantinya akan dihitung luasnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh resolusi ukuran terkecil pendeteksian dan perhitungan luas jerawat. Resolusi pendeteksian jerawat diperoleh di angka 0,34 cm2 dengan akurasi 81%.