digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Daerah penelitian terletak di Cekungan Jawa Timur bagian barat yang akumulasi minyak dan gas penting telah ditemukan baik di daerah lepaspantai maupun di daratan. Meskipun dalam penemuan saat ini yang cukup penting, tetapi masih menjadi pertanyaan tentang aspek geokimia petroleum cekungan terutama di bagian barat. Studi data geokimia conto minyak dan batuan meliputi sifat fisik dan molekul yang berasal dari lima sumur dan empat rembesan minyak dari daerah daratan Cekungan Jawa Timur bagian barat diinterpretasikan dengan menggunakan variasi metode dan grafik geokimia. Data minyak dan batuan induk diuji dari sumur serta rembesan minyak berdasarkan kekayaan karbon organik total (TOC), Rock-Eval Pyrolisis, Reflektansi vitrinit (Ro), Kromatografi Gas Spektrometri Massa (GC-MS) alkana normal termasuk isoprenoidnya, data triterpana, data sterana serta isotop karbon. Data biomarker yang digunakan dalam penelitian dibatasi hanya pada ion massa yang umum digunakan yaitu triterpana (m/z 191) dan sterana (m/z 217). Berdasarkan data-data tersebut maka selanjutnya dilakukan analisis penentuan material asal dan lingkungan pengendapan. Berdasarkan hasil analisis kekayaan dan kematangan batuan induk, Formasi Ngimbang klastik memiliki kekayaan istimewa sebagai batuan induk. Formasi Ngimbang klastik pada tahap awal matang (early mature) dan memiliki kecenderungan untuk menghasilkan minyak dan gas yang berasal dari kerogen tipe II dan tipe III. Korelasi minyak – minyak pada daerah penelitian membagi minyak menjadi dua kelompok minyak. Kelompok minyak yang pertama merupakan minyak yang material organiknya berasal dari campuran antara tumbuhan tingkat tinggi dan ii alga, sehingga lingkungan pengendapan dari batuan induk untuk kelompok minyak ini mencirikan lingkungan pengendapan yang lebih ke arah laut dangkal (deltaik?). Kelompok minyak ini dicirikan oleh bentuk distribusi alkana normal dengan dua puncak yaitu pada C17 dan C27, perbandingan fitana terhadap pristana yang rendah, triterpana trisiklik C23 yang tidak dominan dan adanya kehadiran C26, kehadiran nonhopanoid berupa oleanana, terkadang hadir nonhopanoid berupa gammaserana dan resin pada triterpana pentasiklik, jumlah yang lebih besar dari C27 pada sterana, dan nilai Cv isotop karbon lebih kecil dari -5. Kelompok minyak yang kedua merupakan minyak yang material organiknya lebih banyak berasal dari tumbuhan tingkat tinggi, sehingga lingkungan pengendapan dari batuan induk untuk kelompok minyak ini mencirikan lingkungan pengendapan yang lebih ke arah terestrial. Kelompok minyak ini dicirikan oleh bentuk distribusi alkana normal dengan satu puncak yaitu pada C27, fitana yang lebih rendah dibandingkan pristana, kehadiran nonhopanoid berupa oleanana dan resin dalam jumlah yang cukup tinggi, jumlah yang lebih besar dari C29 pada sterana, dan nilai Cv isotop karbon lebih besar dari +4. Berdasarkan diagram C27-C28-C29 dari empat rembesan minyak dan ektraksi batuan induk dari tiga sumur menunjukkan korelasi positif tentang minyak dari darat dan Formasi Ngimbang klastik hasil kenampakan dari triterpana (m/z 191) dan sterana (m/z 217) distribusinya menunjukkan kesamaan yang cukup dekat antara rembesan minyak Kedung Jati dan Galeh dengan ekstraksi batuan induk (Formasi Ngimbang) dalam sumur Rembang-1, hal ini diperkirakan bahwa rembesan minyak Kedung Jati dan Galeh dihasilkan dari Formasi Ngimbang klastik. Korelasi minyak – batuan induk di daerah penelitian menunjukkan bahwa Formasi Ngimbang Eosen bertindak sebagai batuan induk yang menghasilkan kelompok minyak terestrial dan kelompok minya laut dangkal (deltaik?).