digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

23220345 Hanasa Shelviani.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Dessy Rondang Monaomi

Crowdstrike adalah perusahaan Amerika yang bergerak pada bidang keamanan informasi menjelaskan fakta bahwa di tahun 2023 adanya peningkatan celah keamanan yang menjadi penyebab e-crime (kejahatan siber). Laporan Global Threat dari pimpinan keamanan siber edisi ke-sembilan membahas perkembangan perilaku, tren siber, serta strategi dari negara-negara yang paling mengkhawatirkan terkena kejahatan siber. Aktivitas berupa laporan 200+ ancaman e-crime ditemukan 33 ancaman baru yang teridentifikasi. Pada tahun 2022, adanya lonjakan ancaman berbasis identitas, eksploitasi sistem jaringan dari kelompok pengintai tiongkok (china-nexus), serta serangan terhadap perangkat yang telah dilindungi. Tahun 2021, serangan siber naik dari 62% menjadi 71 % dan aktivitas gangguan konfidensialitas (dari keyboard langsung) yang meningkat 50% pada awal tahun 2022. Data ini menjelaskan semakin maraknya ancaman kejahatan siber yang dilakukan oleh manusia untuk mengakali perlindungan kerentanan dan ketahanan perangkat. Laporan terkini dibuat oleh tim intelijen CrowdStrike yang prominen di dunia keamanan informasi. Tim intelijen CrowdStrike memanfaatkan jutaan data dari peristiwa harian yang masuk ke platform CrowdStrike Falcon (the CrowdStrike Falcon platform) dan pengetahuan yang dalam dari CrowdStrike Falcon OverWatch. Laporan serangan siber di Indonesia dari akhir tahun 2022 hingga Februari 2023 dengan total keseluruhan serangan mencakup 1.433 insiden siber yang ditangani oleh BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara). Laporan diantaranya berisi persentase bahwa kejadian 26 % data breach, 26 % web defacement yaitu penggantian tampilan website, 24% adalah serangan ransomware, sementara 24 % lainnya adalah jenis serangan siber yang masuk dalam kategori lain. BSSN sendiri tidak merinci berapa banyak total insiden siber maupun ancaman siber yang berhasil merkea deteksi. Prediksi perkembangan aktivitas malware di Indonesia tahun 2023 adalah 26 % serangan siber yang terjadi bentuknya adalah malware dan ransomware dan 74 % lainnya berupa data breach. Bagaimana mengatasi serangan siber yang marak terjadi. Pengguna dapat menghindari celah keamanan yang mudah disisipi malware dengan cara kebiasaan positifmisalnya antisipasi back up data, identifikasi serangan, tidak klik link berbahaya saat berselancar di dunia maya maupun mengenali modus-modus kejahatan siber yang memanfaatkan korban. Selanjutnya tanggapan untuk 26 % serangan yang terjadi akibat malware. Menandakan malware ii sebagai induk perangkat lunak yang digunakan berbagai macam peretas. Dibutuhkan analisa seberapa cepat malware dapat terdeteksi. Melalui analisis statis menggunakan kumpulan data malware yang disatukan menjadi dataset. Analisis statis ini dapat memberikan hasil berupa pola yang dapat dipelajari oleh algoritma. Algoritma mesin pembelajaran terus belajar dari sebuah dataset yang dibangun. Pola ini terbentuk dari kumpulan atribut yang mendeskripsikan sejauh mana malware menyerang. Atribut seperti IP, port, source, flow duration, user maupun lainnya dapat memberikan sebuah informasi nyata kapan terakhir malware menyerang dengan menginfeksi perangkat. Tentu saja tiap algoritma memiliki kelebihan dan kekurangan dalam deteksi. Dalam penelitian ini penulis mengusulkan pendekatan baru untuk menggabungkan dua algoritma mesin pembelajaran yang berbeda yaitu algoritma memiliki label ataupun tidak berlabel. Berlandaskan dari dua pendekatan yang masing-masing mempunyai kelebihan. Penelitian ini melakukan eksperimen sebanyak empat kali penggabungan dengan lima dataset berbeda untuk menguji akurasi dan kecepatan waktu. Algoritma yang diuji yaitu antara algoritma random forest dengan k-means clustering, algoritma k-means clustering dengan random forest, algoritma naive bayes dengan algoritma k-means clustering serta algoritma k-means clustering dengan algoritma naive bayes. Hasil eksperimen tertinggi ada pada penggabungan algoritma k-means clustering dan algoritma naive bayes dengan rata-rata 96,12 % dan kecepatan waktu 5,36 milidetik.