digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Shofwan Hidayat
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Shofwan Hidayat
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Shofwan Hidayat
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Shofwan Hidayat
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Shofwan Hidayat
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Shofwan Hidayat
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Shofwan Hidayat
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN Shofwan Hidayat
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Pelecehan seksual di lingkungan kampus merupakan masalah yang telah lama dibiarkan, padahal lingkungan kampus merupakan tempat yang rentan karena besarnya ruang relasi kuasa. Pembiaran ini didukung oleh paradigma lama yang menganggap adanya kasus menyebabkan pencemaran nama baik kasus dan stigma buruk yang melekat pada korban pelecehan seksual sehingga menyebabkan korban enggan untuk melapor. Padahal pelecehan seksual menyebabkan dampak multi aspek yang merebut hak rasa aman dalam proses belajar yang telah dijamin bahkan oleh perjanjian internasional sekalipun. Walaupun setahun terakhir telah disahkan regulasi yang menjamin kampus aman, pada prakteknya terdapat hambatan untuk mengatasi pelecehan seksual di ruang publik yang dianggap kecil namun memerlukan sumberdaya besar untuk mengatasinya sehingga cenderung diabaikan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengimplementasikan pendekatan PPGIS melalui pemetaan partisipatif terhadap 115 responden mahasiswa, sebagai dasar dalam perumusan kebijakan pencegahan pelecehan seksual di ruang kampus yang efektif dan efisien. Pendekatan ini dilakukan dengan menerapkan metode campuran untuk dapat dilakukan tiga tahap analisis dan outputnya. Pertama, mengenali karakteristik responden mahasiswa apa yang berpengaruh terhadap pemahaman, pengalaman, dan persepsi ketidakamanan melalui analisis statistik inferensial. Kedua, menghasilkan peta hotspot persepsi ketidakamanan terhadap ancaman pelecehan seksual melalui analisis Kernel Density dan mengidentifikasi karakteristik kerentanan ruangnya melalui analisis deskriptif kualitatif. Ketiga, merumuskan kebijakan berdasarkan interpretasi atas hasil temuan dan kebijakan eksisting melalui analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan karakteristik responden yang berpengaruh adalah gender dan tahun masuk. Kemudian, area merokok merupakan salah satu lokasi dengan persepsi ketidakamanan tertinggi dengan karakteristik kerentanan berupa karakter sosial yang melekat salah satunya maskulinitas (siang hari) serta karakteristik fisik seperti gelap dan rimbun kerimbunan (malam hari). Keduanya disertai dengan minimnya keberadaan petugas dan fasilitas keamanan. Pada akhir penelitian, disusun 10 bentuk kebijakan beserta prioritas subyek kebijakannya yang menunjukan efisiensi dan efektivitas dari implementasi PPGIS