digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Saddam Maladi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Kekayaan inklusif Indonesia tumbuh sebesar 39% dari tahun 1990 hingga 2014 dengan implikasi nilai peningkatan kualitas hidup yang bertambah seiring dengan peningkatan kebutuhan penduduk akan ruang. Kota Bandung sebagai daerah dengan risiko bencana gempa bumi tinggi – jarak yang dekat dengan Sesar Lembang menyumbang potensi bencana yang tinggi – merupakan area padat penduduk. Namun, aspek kebencanaan gempa bumi bukan merupakan salah satu faktor penentu nilai tanah menurut lembaga yang berwenang terkait penilaian tanah dan penerbitan Peta Zona Nilai Tanah (ZNT). Maka dari itu, diperlukan analisis variabel yang berpengaruh terhadap nilai tanah di Kota Bandung dengan meninjau aspek kebencanaan gempa bumi. Penelitian ini mencoba memodelkan Peta Zona Nilai Tanah berdasarkan empat faktor, yakni Faktor Sosial, Faktor Ekonomi, Faktor Pemerintah, dan Faktor Fisik. Pemodelan nilai tanah di Kota Bandung sebagai wilayah rawan bencana gempa bumi menggunakan sampel melalui kuesioner yang ditujukan ke ahli di bidang kadaster, pertanahan, dan penilai pajak. Hasil dari kuesioner tersebut menghasilkan pembobotan variabel penentu nilai tanah menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk diolah menggunakan analisis spasial menggunakan kerangka kerja Spatial Multi-Criteria Evaluation (SMCE). Penelitian ini menghasilkan dua model estimasi nilai tanah dengan Kriteria Terukur (Tangible) dan Tak Terukur (Intangible) dan dengan Kriteria Fisik dan Non Fisik. Berdasarkan hasil yang diperoleh, model yang mempertimbangkan aspek kebencanaan gempa bumi memiliki nilai tanah yang lebih rendah dibandingkan kondisi lapangan sebenarnya – aspek kebencanaan gempa bumi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai tanah pada pasar. Kata kunci: Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi, Zona Sesar Lembang, Nilai