digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Lindawati
PUBLIC Alice Diniarti

Shale merupakan hasil pelapukan atau transportasi batuan sedimentasi tipe mekanik dengan material penyusun utamanya lempung dan memiliki sifat kembang susut yang cukup besar dengan PI 33,1%. Selain menimbulkan banyak masalah, para pakar kesulitan dalam pengklasifikasiannya, hal ini dikarenakan Shale mempunyai sifat Intermediate Behavior tanah dan batuan. Di Indonesia sebaran shale cukup banyak salah satunya pada formasi jatiluhur yang umumnya merupakan zona tidak stabil oleh banyaknya potensi dan sejarah kejadian longsoran. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh variasi kurva karakteristik tanah – air pembasahan dari pasir, aggregate (hydrophilic material) dan aggregate coating ( hydrophilic material )terhadap nilai volume change shale. Pengujian di laboraturium menggunakan kolom kapilaritas elemental dengan 2 jenis pemodelan elevasi muka air tanah yakni +20cm untuk pemodelan I dan +25cm untuk pemodelan II. Masing – masing pemodelan terdiri dari 3 konfigurasi yakni material barrier pasir dengan shale, material barrier aggregate uncoating dengan shale dan material barrier aggregate coating dengan shale.Waktu equilibrium 30 hari diperoleh dari analisis SEEP W/ untuk semua jenis pemodelan. Diperoleh variasi hasil volume change dari shale pada pemodelan I yakni material barrier pasir dengan shale ? = 4%; w = 14,38%; qw = 0,262 m3/m3 , material barrier aggregate uncoating dengan shale ? = 0%; w = 8,54%; qw = 0,165 m3/m3 dan material barrier aggregate coating dengan shale ? = 0%; w = 5,29%; qw = 0,105 m3/m3. Pada pemodelan II diperoleh nilai volume change material barrier pasir dengan shale ? = 6%; w = 17,05%; qw = 0,302 m3/m3, material barrier aggregate uncoating dengan shale ? = 2%; w = 9,69%; qw = 0,185 m3/m3 dan material barrier aggregate coating dengan shale ? = 0%; w = 6,46%; qw = 0,127 m3/m3. Penggunaan hydrophobic material pada pemodelan I dan pemodelan II cukup efektif dalam mengontrol volume change shale. Dengan demikian potensi pemanfaatan shale sebagai material timbunan layak untuk dikembangkan lebih lanjut.