Bencana banjir menjadi bencana yang paling mendominasi tren bencana alam di
Indonesia dari tahun ke tahun. Kejadian banjir di Jawa Barat yang tinggi disebabkan
oleh kondisi morfologi wilayah yang berbentuk cekungan di daerah Citarum hulu.
Salah satu wilayah yang paling terdampak akibat banjir di Citarum Hulu adalah
Majalaya. Banjir di Majalaya umumnya terjadi dalam waktu singkat dan mengalami
kenaikan muka air yang pesat. Sehingga dibutuhkan upaya untuk mengurangi
dampak akibat banjir dengan memprediksi waktu saat dimulainya hujan atau issue
warning hingga terjadi kenaikan tinggi muka air di sungai atau disebut dengan lead
time. Penentuan lead time dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu penentuan
dimulainya issue warning, debit puncak, karakteristik sungai, bahkan posisi titik
hujan. Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh jarak dari titik tengah hujan
hingga ke titik pengamatan debit dan tinggi muka air apakah berpengaruh terhadap
waktu tunggu (lead time). Memanfaatkan sumber data curah hujan satelit GSMaP,
data tinggi muka air dan debit dari AWLR PJT2 yang sudah dikoreksi, maka dapat
ditentukan lead time di DAS Majalaya dan DAS Sapan. Selanjutnya dapat diketahui
apakah centroid berpengaruh terhadap lead time di kedua DAS tersebut.
Curah hujan centroid di ekstraksi dari data raster yang dikalikan dengan hujan
koreksi sehingga didapatkan titik centroid hujan. Jarak titik centroid ke titik AWLR
dihitung menggunakan rumus jarak Eucladian. Sebanyak 70 data representatif
untuk menentukan lead time yang terjadi di Majalaya dan Sapan. Hasil yang
didapatkan bahwa lead time di Majalaya adalah kurang dari 1 jam dengan
probabilitas kejadian 76%. kejadian terbanyak di Majalaya yaitu pada lead time 1
jam dan 2 jam. Namun tidak menampik kemungkinan risiko waktu tunggu kurang
dari 1 jam terjadi sebanyak 24%. Waktu tunggu yang diberikan untuk melakukan
evakuasi di Sapan lebih panjang, yakni lebih dari 4 jam dengan probabilitas
terjadinya sebanyak 86%, dimana waktu tunggu kejadian debit puncak dari hujan
tertinggi paling banyak terjadi dalam waktu 5 jam dan 6 jam. Resiko adanya waktu
tunggu kurang dari 4 jam sebanyak 14%. Sehingga waktu yang meyakinkan untuk
melakukan evakuasi dini banjir adalah kurang dari 4 jam di Sapan. Hasil centroid
hujan menampilkan bahwa tidak terjadi pengaruh pada lead time. Namun, kejadian
yang ditemukan bahwa centroid hujan berada di tengah-tengah DAS Majalaya dan
Sapan serta membentuk satu garis absis. Sehingga, pengamatan hujan dari titik manapun dan kapanpun selalu berada di tengah. Di wilayah Majalaya, pada jarak 2
km dari titik pusat DAS terjadi sebanyak 31 kejadian hujan di wilayah tersebut. Hal
lain ditunjukkan di DAS Sapan, di mana jumlah kejadian hujan total sebanyak 34
kejadian. semakin jauh dari titik pusat DAS, maka semakin sedikit kejadain hujan
bahkan tidak ada. Secara spasial, centroid tidak berpengaruh terhadap lead time.
Hal ini dikarenakan distribusi spasial hujan yang acak. Maka dilakukan analisis
secara temporal dengan menentukan hujan distribusi. Namun, dari hasil yang
ditunjukkan bahwa secara temporal, centroid tidak berpengaruh terhadap lead time.
Analisis berikutnya adalah dengan menentukan time to peak dari rentang waktu
awal hingga berakhirnya hujan. Pada studi ini, time to peak dianggap linear dengan
jarak centroid. Semakin besar jarak centroid, maka semakin besar nilai time to peak.
Sehingga hasil yang didapatkan bahwa hujan rata-rata dimulai pada awal kejadian
hujan di Majalaya. Bentuk DAS yang berbeda menunjukkan bahwa, titik centroid
hujan akan sama-sama berada dekat dengan titik pusat DAS dan membentuk suatu
garis absis sesuai dengan bentuk DAS.