digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Kholillah Yudicia Isnaeni
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Studi ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi hidrodinamika baik secara horizontal maupun vertikal di perairan Subang sebelum dan sesudah dilakukannya pembangunan Pelabuhan Patimban (2018 – 2021). Pelabuhan Patimban menjadi salah satu objek vital yang dibangun di daerah pesisir, tepatnya di pesisir Teluk Eretan, Laut Jawa. Pada Teluk Eretan tersebut terdapat muara Sungai Cipunagara yang memiliki debit harian ratusan meter kubik pada musim angin barat (DJF). Tingginya intrusi debit ke perairan teluk yang semi tertutup serta adanya pembangunan pelabuhan yang dapat merubah kondisi hidrodinamika mengakibatkan perlunya dikaji kondisi hidrodinamika di perairan Patimban. Simulasi dilakukan dengan menggunakan model numerik yang dikembangkan oleh Deltares (DELFT3D) untuk menghasilkan output berupa salinitas, suhu, dan arus secara 3D dengan 5 lapisan kedalaman serta water level secara 2D. Simulasi dilakukan dengan dua domain (dari Jakarta – Pemalang dan daerah perairan Patimban) dan empat skenario menggunakan structured grid. Resolusi grid pada domain 1 sebesar 1 km dan pada domain 2 sebesar 22 – 44 m. Data batimetri dan garis pantai digunakan untuk membangun mesh, data domain 1 menggunakan BATNAS untuk data batimetri dan RBI untuk garis pantai. Domain 2 menggunakan asimilasi BATNAS dan DEMNAS untuk data batimetri dan kedalaman sungai, serta data asimilasi RBI dan LANDSAT 8 untuk garis pantai. Untuk kondisi batas digunakan data pasut (astronomis), suhu dan salinitas. Sedangkan data tekanan dan angin menjadi gaya yang bekerja diseluruh domain namun hanya di permukaan. Verifikasi hasil model berupa water level terhadap tiga stasiun pengamatan pasut menunjukkan hasil yang baik yaitu 0,07 – 0,09 untuk RMSE dan 0,9 untuk CC. Verifikasi pada suhu menunjukkan nilai RMSE 0,29, nilai MSE 0,08, dan nilai MAE 0,27. Pada arus nilai RMSE baik untuk arus pasut dengan nilai 0,09, sedangkan untuk arus total dihitung MSE dan MAE, yaitu sebesar 0,021 dan 0,09. Hasil verifikasi tersebut menunjukkan bahwa rentang eror dari model masih dapat diterima. Hasil model menunjukkan bahwa kondisi hidrodinamika di perairan Patimban dipengaruhi oleh angin saat kondisi kecepatan angin tinggi (>3,5 m/s) dan debit sungai saat kondisi high discharge. Pasut mempengaruhi sirkulasi saat angin dan debit melemah. Adanya input debit sungai memungkinkan terjadinya variasi nilai suhu dan salinitas secara vertikal pada perairan yang dangkal yang seharusnya merupakan mixed layer (seragam). Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan adanya bangunan pelabuhan terjadi pembelokan arus di sisi barat dan selatan serta penurunan magnitudo arus di sisi selatan baik saat pasang maupun surut. Terjadi kenaikan magnitudo arus di sisi timur ketika surut. Kenaikan dan penurunan magnitudo arus berkisar pada nilai 0,05 – 0,1 m/s. Adanya bangunan pelabuhan juga mengakibatkan terjadinya efek blocking sehingga nilai suhu dan salinitas yang rendah yang berasal dari debit sungai seolah–olah terperangkap di sisi selatan pelabuhan dan tidak dapat terdistribusikan hingga sisi timur pelabuhan. Penurunan nilai suhu yang terjadi mencapai 0,5 ºC sedangkan pada salinitas penurunan nilai salinitas mencapai 3 ppt. Secara vertikal penurunan dan variasi nilai salinitas pada daerah sekitar pelabuhan lebih signifikan jika dibanding dengan suhu. Adapun intrusi debit lebih luas ketika surut yang ditandai dengan lebih luasnya sebaran suhu dan salinitas rendah. Nilai suhu dan salinitas rendah yang terperangkap tersebut dapat terjadi karena kedua parameter tersebut mengalami perubahan yang lambat jika dibandingkan dengan perubahan pada arus. Sirkulasi yang terjadi di perairan Patimban sangat bergantung dengan besarnya gaya yang bekerja di perairan tersebut, karena arus yang terjadi akan mengikuti pola gaya yang dominan (magnitudo dari gaya besar). Adanya perubahan kondisi hidrodinamika yang cukup signifikan karena pembangunan pelabuhan mengakibatkan bahwa pembangunan pelabuhan perlu memperhatikan kondisi hidrodinamika pelabuhan agar pembangunan yang dilakukan tidak merusak kondisi alami perairan.