ABSTRAK Ghina Aulia
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Ketidakseimbangan mikrobiota usus atau dysbiosis dapat berkorelasi dengan stunting. Dysbiosis ditandai dengan peningkatan patogen pada usus yang dapat menyebabkan inflamasi kronis. Staphylococcus xylosus spp. M dan Staphylococcus spp. N yang diisolasi dari areola ibu menyusui diduga sebagai kandidat patogen penyebab stunting. Kedua patogen ini diketahui dapat membentuk biofilm, baik dengan cekaman garam empedu 0.3% maupun pada pH 3 - 5, dan resisten terhadap antibiotik cefixime (32 ?g/mL) yang dapat terpenetrasi ke ASI. Namun belum diketahui karakteristik pertumbuhan patogen serta konsentrasi minimum sel dalam pembentukan biofilm. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini yaitu: (1) Membandingkan pola pertumbuhan Staphylococcus xylosus spp. M dan Staphylococcus spp. N pada media LB; (2) Menentukan konsentrasi minimum Staphylococcus xylosus spp M. dan Staphylococcus spp. N dalam membentuk biofilm pada medium LB; (3) Menentukan interaksi antara Staphylococcus xylosus spp. M dengan Staphylococcus spp. N dalam membentuk biofilm melalui agregasi; (4) Menentukan pengaruh pemberian cekaman antibiotik cefixime terhadap kemampuan Staphylococcus xylosus spp. M dan Staphylococcus spp. N dalam membentuk biofilm. Pola pertumbuhan patogen ditentukan melalui kurva tumbuh. Penentuan konsentrasi minimum pembentukan biofilm dilakukan dengan biofilm assay serta enumerasi sel planktonik dan biofilm. Uji agregasi meliputi auto-agregasi dan ko-agregasi yang dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Dilakukan uji sensitivitas cefixime dengan metode Kirby-Bauer dan biofilm assay dengan penambahan cefixime. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan laju pertumbuhan Staphylococcus xylosus spp. M yaitu 0.37/jam dengan generation time 1.87 jam sedangkan laju pertumbuhan Staphylococcus spp. N yaitu 0.40/jam dengan generation time 1.71 jam. Konsentrasi minimum Staphylococcus xylosus spp. M dalam membentuk biofilm pada medium LB yaitu 10³ CFU/ml dengan laju pembentukan biofilm 0.078/jam pada jam ke-18 dan 10² CFU/ml untuk Staphylococcus spp. N dengan laju pembentukan biofilm 0.11/jam pada jam ke-18. Staphylococcus xylosus spp. M dapat melakukan auto-agregasi dengan %agregasi sebesar 36.64 ± 16.07% hingga jam ke-5 dan 93.83 ± 6.50% hingga jam ke-24. Staphylococcus spp. N dapat melakukan auto-agregasi dengan %agregasi sebesar 38.13 ± 12.13% hingga jam ke-5 dan 73.38 ± 7.55% hingga jam ke-24. Kedua patogen dapat melakukan ko-agregasi antar satu sama lain, dengan %koagregasi 29.89 ± 13.49% hingga jam ke-5 dan 8.92 ± 31.99% hingga jam ke-24. Kemampuan ko-agregasi ini juga diikuti dengan kemampuan pembentukan biofilm. Hasil sensitivitas antibiotik menunjukkan bahwa Staphylococcus spp. N lebih sensitif terhadap cefixime dengan diameter zona hambat 9 ± 0.28 mm sedangkan pada Staphylococcus xylosus spp. M yaitu 7 ± 0.14 mm. Penambahan antibiotik cefixime memicu pembentukan biofilm Staphylococcus xylosus spp. M dengan konsentrasi minimum sel 10? CFU/ml dan laju pembentukan biofilm sebesar 0.13/jam pada jam ke-12. Sedangkan pada Staphylococcus spp. N menghambat pembentukan biofilm dengan konsentrasi minimum sel yaitu 10? CFU/ml dan laju pembentukan biofilm 0.03/jam pada jam ke-42. Kedua patogen memiliki kemampuan agregasi yang berkaitan dengan pembentukan biofilm. Cefixime memicu pembentukan biofilm pada Staphylococcus xylosus spp. M.