ABSTRAK Devi Aisyi
PUBLIC Irwan Sofiyan COVER Devi Aisyi
PUBLIC Irwan Sofiyan BAB1 Devi Aisyi
PUBLIC Irwan Sofiyan BAB2 Devi Aisyi
PUBLIC Irwan Sofiyan BAB3 Devi Aisyi
PUBLIC Irwan Sofiyan BAB4 Devi Aisyi
PUBLIC Irwan Sofiyan BAB5 Devi Aisyi
PUBLIC Irwan Sofiyan BAB6 Devi Aisyi
PUBLIC Irwan Sofiyan PUSTAKA Devi Aisyi
PUBLIC Irwan Sofiyan
Pada saat ini arah pengembangan pemukiman perkotaan di Indonesia yang awalnya berbasis berjalan kaki berubah menjadi transportasi publik, dimana saat ini pembangunan yang dilakukan berbasis rel. Dalam pembangunan berbasis rel ini akan menjadi sukses bila pusat kegiatan aktivitas masyarakat terkonsentrasi pada kawasan lahan campuran. Pengembangan dan investasi angkutan umum terutama rel atau kereta api membutuhkan dana publik yang cukup besar, termasuk pengoperasianya. Potensi pendapatan lain (non fare box) bagi operator kereta api dan juga bagi publik atau pemerintah. Pembiayaan infrastruktur dengan pembiayaan mekanisme LVC, dalam skema pembiayaan infrastruktur tersebut sudah ada secara regulasi tata ruang (insentif dan disinsentif) dan skema pembiayaan tersebut merupakan salah satu bagian dari skema LVC.
Dalam hasil analisis tahun MRT Lebak Bulus beroperasi menunjukkan bahwa stasiun MRT Lebak Bulus sebagai variabel yang berkonstribusi dalam peningkatan NJOP tiap tahunnya yang artinya Stasiun MRT Lebak Bulus berkontribusi dalam peningkatan NJOP, melihat kondisi pada analisis, secara sederhana dapat kita lihat bahwa kondisi kawasan memberikan pengaruh terhadap kenaikan nilai lahan suatu lokasi. Faktor kawasan inilah, yang dapat kita telaah bagaimana kemudian faktor-faktor tersebut dapat teraktivasi untuk dijadikan sumber pembiayaan alternatif kawasan TOD melalui salah satu bagian dari strategi Land Value Capture(LVC).