Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2021 menunjukkan lebih dari 80% penduduk Indonesia
melakukan swamedikasi. Swamedikasi juga umum dilakukan di kalangan mahasiswa. Di satu sisi
penerapan swamedikasi dapat mengurangi beban akan kebutuhan pada layanan kesehatan,
mengurangi biaya kesehatan, dan hemat waktu. Tetapi di sisi lain dapat menjadi sumber masalah
terkait obat bila tidak dilakukan secara benar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat
pengetahuan dan perilaku swamedikasi pada mahasiswa tingkat sarjana Institut Teknologi
Bandung, menentukan hubungan antara pengetahuan dengan perilaku swamedikasi, serta
menentukan pengaruh pendidikan kesehatan kefarmasian terhadap pengetahuan dan perilaku
swamedikasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode potong lintang menggunakan kuesioner yang
diisi oleh 404 mahasiswa tingkat sarjana Institut Teknologi Bandung tahun 2022/2023. Terdapat
76,24% mahasiswa Sekolah Farmasi dan 11,39% mahasiswa non Sekolah Farmasi yang memiliki
tingkat pengetahuan baik terhadap swamedikasi. Sebanyak 86,63% mahasiswa Sekolah Farmasi
dan 75,25% mahasiswa non Sekolah Farmasi memiliki perilaku swamedikasi yang baik. Terdapat
perbedaan signifikan pada tingkat pengetahuan terhadap swamedikasi (p = 0,000) dan perbedaan
signifikan perilaku swamedikasi (p = 0,000) antara kelompok mahasiswa Sekolah Farmasi dan
mahasiswa non Sekolah Farmasi. Penelitian ini menunjukkan mahasiswa yang menerima
pendidikan kesehatan kefarmasian memiliki tingkat pengetahuan dan perilaku swamedikasi yang
lebih baik. Korelasi dimensi pengetahuan dan perilaku bersifat sangat lemah sehingga dapat
diabaikan dan tidak signifikan secara statistik (r = 0,064, p = 0,119, 95%CI -0,034 – 0,161).