digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Jumlah kasus Leukemia limfoblastik akut (LLA) yang terjadi pada anak-anak sekitar 70% dari seluruh kasus kanker di Indonesia. Pengobatan utama LLA pada anak-anak melibatkan penggunaan kemoterapi dengan regimen yang lebih kompleks. Regimen terapi yang kompleks merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan terjadinya reaksi obat merugikan (ROM). Toksisitas obat definisikan sebagai beragam ROM yang ditimbulkan melalui penggunaan obat baik pada dosis terapeutik maupun non-terapeutik. Tujuan dari penelitian ini yaitu menilai tingkat keparahan ROM berdasarkan CTCAE v.5 dan mengetahui hubungan antara karakteristik demografi pasien dengan toksisitas obat di fase induksi. Penelitian dilakukan dengan metode observasional cohort dan pengambilan data secara retrospektif sejak (02/01/2020) hingga (17/02/2023). Sumber data demografi didapatkan dari rekam medik daring dan data toksisitas obat dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien. Hasil penelitian dengan uji bivariat menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan ROM anemia, usia dengan penurunan jumlah neutrofil, stratifikasi risiko dengan penurunan jumlah neutrofil dan BMI dengan peningkatan serum ALT (p = 0,049; p = 0,004; p = 0,037; p = 0,022). Sementara, dengan uji multivariat diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara usia dengan penurunan jumlah neutrofil (OR = 0,85; 95%CI 0,75-0,96; p = 0,011), usia dengan penurunan jumlah platelet (OR=0,89; 95%CI 0,81-0,99; p=0,049) dan BMI dengan peningkatan serum ALT (OR = 0,43; 95%CI 0,2-0,92; p = 0,029). Dapat disimpulkan bahwa, kejadian ROM yang paling banyak adalah penurunan jumlah neutrofil (67,95%), penurunan jumlah platelet (59,52%), dan anemia (30,59%). Faktor demografi dan klinis berkaitan dengan kejadian toksisitas obat.