Jumlah kasus Leukemia limfoblastik akut (LLA) yang terjadi pada anak-anak sekitar 70% dari seluruh
kasus kanker di Indonesia. Pengobatan utama LLA pada anak-anak melibatkan penggunaan
kemoterapi dengan regimen yang lebih kompleks. Regimen terapi yang kompleks merupakan salah
satu faktor penting yang menyebabkan terjadinya reaksi obat merugikan (ROM). Toksisitas obat
definisikan sebagai beragam ROM yang ditimbulkan melalui penggunaan obat baik pada dosis
terapeutik maupun non-terapeutik. Tujuan dari penelitian ini yaitu menilai tingkat keparahan ROM
berdasarkan CTCAE v.5 dan mengetahui hubungan antara karakteristik demografi pasien dengan
toksisitas obat di fase induksi. Penelitian dilakukan dengan metode observasional cohort dan
pengambilan data secara retrospektif sejak (02/01/2020) hingga (17/02/2023). Sumber data
demografi didapatkan dari rekam medik daring dan data toksisitas obat dianalisis berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium pasien. Hasil penelitian dengan uji bivariat menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan ROM anemia, usia dengan penurunan
jumlah neutrofil, stratifikasi risiko dengan penurunan jumlah neutrofil dan BMI dengan peningkatan
serum ALT (p = 0,049; p = 0,004; p = 0,037; p = 0,022). Sementara, dengan uji multivariat diketahui
terdapat perbedaan yang signifikan antara usia dengan penurunan jumlah neutrofil (OR = 0,85;
95%CI 0,75-0,96; p = 0,011), usia dengan penurunan jumlah platelet (OR=0,89; 95%CI 0,81-0,99;
p=0,049) dan BMI dengan peningkatan serum ALT (OR = 0,43; 95%CI 0,2-0,92; p = 0,029). Dapat
disimpulkan bahwa, kejadian ROM yang paling banyak adalah penurunan jumlah neutrofil (67,95%),
penurunan jumlah platelet (59,52%), dan anemia (30,59%). Faktor demografi dan klinis berkaitan
dengan kejadian toksisitas obat.