Infeksi kulit menjadi salah satu masalah kesehatan di negara berkembang termasuk
Indonesia dan menempati peringkat ke empat dari keseluruhan penyakit yang
mempengaruhi hampir sepertiga dari populasi dunia. Salah satu infeksi kulit yang
disebabkan oleh bakteri maupun jamur adalah folikulitis yaitu terjadinya inflamasi
kulit pada folikel rambut. Tigarun (Crataeva magna DC.) merupakan tumbuhan
khas Kalimantan Selatan dan dapat dikembangkan sebagai antimikroba alami
untuk mengobati infeksi pada kulit. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
tigarun memiliki aktivitas antimikroba, namun penelitian mengenai kajian kimia
senyawa antimikroba terhadap tumbuhan tigarun masih sangat terbatas. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antimikroba dari
ekstrak dan isolat tumbuhan tigarun (Crataeva magna DC.) terhadap mikroba
penyebab folikulitis. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan
pelarut etanol 96%. Uji aktivitas antimikroba terhadap ekstrak dengan metode
difusi agar dan mikrodilusi. Pemantauan aktivitas antimikroba terhadap fraksi diuji
secara KLT bioautografi. Fraksi 51 – 55 terbentuk kristal jarum berwarna putih
menunjukkan aktivitas antimikroba, selanjutnya disubfraksinasi dengan
kromatografi kolom klasik dan dimurnikan dengan teknik rekristalisasi dan KLT
preparatif sehingga diperoleh isolat. Identifikasi senyawa dilakukan menggunakan
beberapa pereaksi semprot spesifik. Berdasarkan hasil uji aktivitas antimikroba
dengan metode difusi agar, ekstrak bunga tigarun menunjukkan aktivitas
antimikroba lebih baik dibandingkan ekstrak daun dan ekstrak kulit batang tigarun,
dimana aktivitas paling tinggi terhadap Staphylococcus epidermidis (12,35±0,35)
dan aktivitas paling rendah terhadap Pseudomonas aeuroginosa (9,35±0,39). Uji
terhadap jamur Malassezia furfur memberikan aktivitas hanya terhadap ekstrak
bunga tigarun pada konsentrasi 200 mg/mL (7,40±0,40), sementara untuk Candida
albicans tidak memberikan aktivitas untuk semua ekstrak yang diuji. Hasil uji
konsentrasi hambat minimum (KHM) untuk ekstrak bunga diperoleh 6,25 mg/mL
masing-masing terhadap Cutibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis dan
dilakukan pengujian KHM terhadap isolat aktif yaitu isolat 1 diperoleh nilai sebesar
1000 µg/mL untuk Cutibacterium acnes dan 500 µg/mL untuk Staphylococcus
epidermidis. Berdasarkan hasil uji karakterisasi diketahui bahwa isolat diduga
merupakan stigmasterol.