digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yuda Ulinuha
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Yuda Ulinuha
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Yuda Ulinuha
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Yuda Ulinuha
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Yuda Ulinuha
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Yuda Ulinuha
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 6 Yuda Ulinuha
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Yuda Ulinuha
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN Yuda Ulinuha
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Perubahan kecenderungan wisata pascapandemi dari wisata massal menjadi desa wisata telah mendorong perkembangan desa wisata. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2021, desa wisata telah meningkatkan ekonomi masyarakat hingga 30 persen. Namun, pengembangan desa wisata masih terdapat beberapa hambatan seperti infrastruktur yang kurang memadai. Hambatan dalam pengembangan desa wisata masih terjadi salah satunya di Desa Wisata Karangsalam, Baturraden, Jawa Tengah. Terdapat beberapa persoalan yang terjadi di desa tersebut seperti aksesibilitas yang kurang baik, pengelolaan limbah yang kurang baik, belum adanya penggunaan energi terbarukan, keterbatasan fasilitas, serta penataan lanskap yang belum teratur. Diperlukan adanya perancangan ulang kawasan untuk meningkatkan kualitas Desa Wisata Karangsalam serta ramah terhadap lingkungan karena kawasan tersebut memiliki fungsi ekologi sesuai dengan arahan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2021. Persyaratan kelestarian lingkungan ini pada dasarnya adalah konsep desain ekologis. Pendekatan desain ekologis adalah strategi desain yang mengintegrasikan kepedulian terhadap lingkungan ke dalam proses pembuatan produk dan menyeimbangkan kebutuhan ekologis dan ekonomi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk merancang ulang kawasan Desa Wisata Karangsalam melalui pendekatan ecological. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk merumuskan komponen perancangan, kriteria perancangan, indikator ecological design, potensi dan persoalan, prinsip, serta konsep perancangan. Sementara metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui karakteristik pengunjung, persepsi, dan preferensi pengunjung sebagai salah satu prinsip everyone is designer dalam ecological design serta mengetahui ketercapaian indikator ecological design berdasarkan gap analisis. Sementara metode perancangan yang digunakan adalah metode fragmental dengan teknik perancangan yaitu optimizing. Penelitian ini menunjukkan bahwa ketercapaian indikator ecological design di kawasan wisata Desa Karangsalam yaitu 70,18%, perancangan ulang Desa Karangsalam memiliki visi Mewujudkan Desa Wisata Camp and Resort Karangsalam menjadi “Liveable Educovillage” dengan mengoptimalkan 5 indikator ecological design yaitu liveable design environment, konservasi energi, konservasi air, penggunaan material ramah lingkungan, dan settlement criteria melalui beberapa kriteria seperti keindahan, keselamatan, aksesibilitas, kenyamanan, keamanan, kebersihan, dan kelestarian lingkungan.