digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Ketombe merupakan suatu gangguan pada kulit kepala yang ditandai dengan pengelupasan kulit mati secara berlebihan disertai gatal bahkan dapat menyebabkan kemerahan dan iritasi. Gangguan ini disebabkan oleh adanya infeksi jamur. Penggunaan bahan alam dapat digunakan sebagai pengobatan ketombe salah satunya dengan menggunakan minyak atsiri daun nilam (Pogostemon cablin (Blanco) Benth.), yang memiliki khasiat sebagai antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan standardisasi minyak atsiri daun nilam dan menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), Konsentrasi Fungisidal Minimum (KFM), dan kandungan senyawa dalam minyak atsiri daun nilam yang berperan menghambat pertumbuhan jamur penyebab ketombe (Malassezia furfur dan Candida albicans). Standardisasi dilakukan dengan menentukan warna, bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol, bilangan asam, bilangan ester, putaran optik, dan analisis kandungan minyak atsiri menggunakan gas chromatography-flame ionization detection (GC-FID). Pengujian aktivitas antijamur ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif, meliputi uji difusi cakram, penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dengan uji mikrodilusi, penentuan Konsentrasi Fungisidal Minimum (KFM), dan uji KLT-bioautografi. Berdasarkan hasil standardisasi, kualitas minyak atsiri daun nilam tergolong baik sehingga dapat digunakan sebagai zat antijamur penyebab ketombe dengan kandungan patchouli alkohol sebesar 31,568%. Aktivitas antijamur minyak atsiri daun nilam dengan konsentrasi 3,125% - 100% memberikan diameter hambat pada jamur Malassezia furfur ATCC 14521. Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) minyak atsiri daun nilam terhadap Malassezia furfur sebesar 970 ?g/mL, dan nilai Konsentrasi Fungisidal Minimum (KFM) sebesar 3900 ?g/mL. Kandungan senyawa antijamur dalam minyak atsiri daun nilam, yang diduga dapat menghambat pertumbuhan jamur penyebab ketombe Malassezia furfur dengan nilai Rf sebesar 0,35 termasuk golongan seskuiterpen.