Ketombe merupakan suatu gangguan pada kulit kepala yang ditandai dengan pengelupasan kulit
mati secara berlebihan disertai gatal bahkan dapat menyebabkan kemerahan dan iritasi.
Gangguan ini disebabkan oleh adanya infeksi jamur. Penggunaan bahan alam dapat digunakan
sebagai pengobatan ketombe salah satunya dengan menggunakan minyak atsiri daun nilam
(Pogostemon cablin (Blanco) Benth.), yang memiliki khasiat sebagai antijamur. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan standardisasi minyak atsiri daun nilam dan menentukan Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM), Konsentrasi Fungisidal Minimum (KFM), dan kandungan senyawa dalam
minyak atsiri daun nilam yang berperan menghambat pertumbuhan jamur penyebab ketombe
(Malassezia furfur dan Candida albicans). Standardisasi dilakukan dengan menentukan warna,
bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol, bilangan asam, bilangan ester, putaran optik,
dan analisis kandungan minyak atsiri menggunakan gas chromatography-flame ionization
detection (GC-FID). Pengujian aktivitas antijamur ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif,
meliputi uji difusi cakram, penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dengan uji
mikrodilusi, penentuan Konsentrasi Fungisidal Minimum (KFM), dan uji KLT-bioautografi.
Berdasarkan hasil standardisasi, kualitas minyak atsiri daun nilam tergolong baik sehingga dapat
digunakan sebagai zat antijamur penyebab ketombe dengan kandungan patchouli alkohol sebesar
31,568%. Aktivitas antijamur minyak atsiri daun nilam dengan konsentrasi 3,125% - 100%
memberikan diameter hambat pada jamur Malassezia furfur ATCC 14521. Nilai Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) minyak atsiri daun nilam terhadap Malassezia furfur sebesar 970 ?g/mL,
dan nilai Konsentrasi Fungisidal Minimum (KFM) sebesar 3900 ?g/mL. Kandungan senyawa
antijamur dalam minyak atsiri daun nilam, yang diduga dapat menghambat pertumbuhan jamur
penyebab ketombe Malassezia furfur dengan nilai Rf sebesar 0,35 termasuk golongan
seskuiterpen.