BAB 1 Didik Sugiyanto
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Didik Sugiyanto
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Didik Sugiyanto
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Didik Sugiyanto
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Didik Sugiyanto
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Didik Sugiyanto
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN Didik Sugiyanto
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Dari sejarah kegempaan yang terjadi, rata-rata gempa >8 Mw di dunia ini sekali dalam setahun. Di Sumatra, Gempa Sumatra-Andaman pada tanggal 26 Desember 2004 dengan kekuatan Mw>9.0 dan gempa Nias-Simeulue pada tanggal 28 Maret 2005 yang berkekuatan Mw=8.7 terjadi dalam waktu dan lokasi yang berdekatan. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pelepasan energi yang cukup besar pada kawasan tersebut. Hal ini dapat diteruskan ke daratan Sumatra di bagian Utara, terutama kawasan ujung Pulau Sumatra, yang dikhawatirkan memicu terjadinya gempa di darat, tempat Segmen Aceh berada. Untuk memantau indikasi tersebut pada kawasan Segmen Aceh dilakukan analisis deformasi terhadap Segmen Aceh setelah terjadi dua gempa besar tersebut untuk mengetahui tingkat kegempaannya.
Analisis untuk meneliti tingkat kegempaan ini menggunakan metode pergeseran permukaan yang mendasarkan pada pengamatan GPS (Global Positioning System). Titik-titik ukur GPS ditempatkan melingkupi area patahan dengan mengikuti kaidah dengan target laju geser (slip rate) dan kedalaman terkunci (locking depth) patahan. Aktivitas patahan salah satunya dicirikan oleh adanya pergeseran relatif kedua blok pada patahan tersebut.
Dengan metode pengukuran diferensial dan lama pengukuran delapan hingga sepuluh jam akan didapatkan hasil pengukuran GPS dengan ketelitian hingga dalam orde mm. Dengan ketelitian ini mampu mengamati pergeseran yang terjadi meskipun kecil. Pada tahap berikutnya hasil pengukuran ini digunakan untuk pemodelan mekanisme pergeseran menggunakan model dislokasi elastis untuk mengetahui besar pergeseran yang terjadi di Segmen Aceh. Dalam penelitian ini digunakan formulasi matematis elastic half space-Okada yang mampu menghubungkan interaksi gerakan slab (pergeseran) di subduksi terhadap gerakan yang terjadi di permukaaa