Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular dengan prevalensi yang tinggi di dunia. Penggunaan
obat konvensional oleh pasien hipertensi dapat menyebabkan berbagai efek samping yang dapat
mengakibatkan ketidakpatuhan terapi, sehingga harapan terapi tidak tercapai. Penggunaan bahan
alam sebagai alternatif terapi hipertensi diharapkan dapat meminimalisasi timbulnya efek samping.
Tanaman seledri jepang atau ashitaba (Angelica keiskei) telah digunakan oleh masyarakat sebagai
obat tradisional untuk menurunkan tekanan darah. Berdasarkan penelitian sebelumnya, bagian
daun seledri jepang terbukti memiliki efek antihipertensi secara in vitro. Penelitian ini dilakukan
untuk menentukan pengaruh pemberian ekstrak herba seledri jepang terhadap tekanan darah
sistolik (TDS) dan diastolik (TDD) tikus Wistar jantan yang diinduksi dengan deksametason, melalui
pengukuran tekanan darah secara noninvasif. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum
induksi, sesudah induksi, dan selama terapi (hari ke-1, ke-3, ke-5, dan ke-7) menggunakan CODA®
blood pressure system. Hewan uji diinduksi hipertensi dengan pemberian injeksi deksametason 0,5
mg/kg BB secara subkutan. Kaptopril 4,5 mg/kg BB digunakan sebagai obat pembanding. Kenaikan
TDS dan TDD terjadi secara signifikan (p<0,05) pada semua kelompok hewan yang diinduksi. Ekstrak
herba seledri jepang dosis 225 dan 450 mg/kg BB dapat menurunkan TDS dan TDD secara signifikan
(p<0,05) setelah diterapi selama tujuh hari. Rata-rata penurunan TDS kelompok herba seledri
jepang 225 dan 450 mg/kg BB setelah tujuh hari terapi adalah, berturut-turut, sebesar 30 dan 29,6
mmHg sedangkan penurunan TDD sebesar 24,6 dan 23,35 mmHg. Ekstrak herba seledri seledri
jepang dosis 225 dan 450 mg/kg menunjukkan efek antihipertensi pada tikus Wistar hipertensi yang
diinduksi deksametason.