ABSTRAK Azzahra Fadisya
PUBLIC Resti Andriani
BAB 1 Azzahra Fadisya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Azzahra Fadisya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Azzahra Fadisya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Azzahra Fadisya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Azzahra Fadisya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Azzahra Fadisya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Nikel merupakan salah satu logam yang memiliki peran signifikan terhadap
perkembangan dunia karena keunggulan sifat fisik dan kimianya. Nikel dapat
diekstrak dari dua jenis bijih, yaitu bijih laterit dan sulfida. Metode yang paling
banyak digunakan untuk mengolah bijih nikel laterit, terutama tipe saprolit, adalah
proses rotary kiln-electric furnace (RKEF) dengan produk berupa feronikel serta
terak peleburan yang masih kaya akan magnesium. Fakta ini mendasari
perkembangan penelitian untuk berusaha memanfaatkan magnesium yang
terkandung di terak peleburan feronikel ataupun di bijih awal dengan cara
mereduksi MgO secara simultan dengan reduksi oksida nikel dan besi. Penelitian
ini mempelajari pengaruh temperatur reduksi, jenis reduktor, dan penambahan
CaO terhadap proses reduksi vakum bijih nikel saprolit.
Rangkaian percobaan dimulai dengan preparasi awal dan karakterisasi bahan
percobaan berupa bijih nikel saprolit, ferosilikon, serbuk aluminium, batubara,
CaO, dan CaF2. Bijih nikel saprolit dan CaO dikalsinasi sebelum dicampurkan
dengan katalis CaF2 dan reduktor ferosilikon, serbuk aluminium, atau batubara
lalu dibriket. Proses reduksi vakum dilakukan menggunakan box type vacuum
furnace dengan metode temperatur non-isotermal dengan temperatur awal 25°C
dan dinaikkan secara bertahap hingga 1200°C dan 1400°C lalu ditahan selama 4
jam dan akhirnya didinginkan secara bertahap hingga ke temperatur kamar. Proses
reduksi vakum dilakukan dengan memvariasikan jenis reduktor, yaitu ferosilikon,
serbuk aluminium, dan batubara, serta perbandingan massa bijih nikel saprolit
dengan CaO masing-masing sebesar 25%:75%, 50%:50%, 75%:25%, dan tanpa
CaO.
Dari percobaan yang dilakukan, terlihat bahwa peningkatan temperatur
meningkatkan laju reduksi bijih nikel saprolit dan penguapan magnesium.
Reduktor batubara menghasilkan perubahan berat paling besar dibandingkan
dengan reduktor lainnya yang besar kemungkinan dikarenakan adanya penguapan
kandungan volatile matter pada batubara. Peningkatan penambahan CaO pada
sampel dengan reduktor ferosilikon dan aluminium meningkatkan perubahan berat
sampel. Hasil percobaan mengindikasikan bahwa unsur kalsium cenderung
mendesak magnesium dari ikatannya dengan unsur lain dalam suatu fasa sehingga
mempermudah proses reduksi dan penguapannya. Hal ini juga didukung oleh
kehadiran fasa-fasa kaya kalsium yang mengandung magnesium relatif lebih
sedikit seperti dikalsium ferit, dikalsium silikat, monoksida dengan kandungan
kalsium tinggi, (Ca,Mg)2(Fe,Al)2O5, dan (CaO,FeO)12(Al2O3)7. Hasil percobaan
juga mengindikasikan bahwa reduktor aluminium cenderung menghasilkan
kondisi yang lebih reduktif daripada jenis reduktor lainnya jika dilihat
berdasarkan kemampuannya untuk mereduksi besi oksida.