digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Anis Mawadah
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

COVER Anis Mawadah
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 1 Anis Mawadah
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 2 Anis Mawadah
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 3 Anis Mawadah
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 4 Anis Mawadah
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 5 Anis Mawadah
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

PUSTAKA Anis Mawadah
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

Provinsi Kalimantan Timur tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara telah ditetapkan sebagai ibu kota negara baru Indonesia. Salah satu pertimbangan terpilihnya wilayah tersebut adalah potensi bencana alam terutama bahaya gempa relatif kecil. Namun jika memperhatikan catatan sejarah kegempaan, beberapa gempa merusak pernah terjadi di Kalimantan Timur. Untuk itu, penelitian tentang profil dan karakteristik lapisan bawah permukaan di wilayah Penajam Paser Utara dan sekitarnya menjadi penting untuk dilakukan. Pada penelitian ini, dilakukan pengolahan data menggunakan metode HVSR dengan memanfaatkan data mikrotremor dari 21 seismometer yang terpasang di lokasi penelitian, kerjasama antara ITB, BMKG, dan Cambridge University. Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya gempa di Penajam Paser Utara dan sekitarnya dengan menghitung nilai frekuensi dominan, amplifikasi, profil Vs30, kedalaman engineering bedrock, serta menghitung nilai PGA di permukaan. Dari hasil pengolahan HVSR diperoleh nilai frekuensi dominan sebesar 0,58–13,04 Hz, sedangkan nilai amplifikasi yang diperoleh yakni 1,41–6,41. Selanjutnya, dilakukan proses inversi terhadap kurva HVSR dan menghasilkan nilai Vs30 berkisar 193,5–676,5 m/s yang didominasi oleh jenis tanah sedang (SD) dan tanah keras (SC). Lapisan sedimen dengan nilai Vs 750 m/s (engineering bedrock) teridentifikasi berada pada kedalaman 20,3–207,3 m. Sedangkan nilai PGA di permukaan diperoleh sebesar 0,065–0,16 g. Sedangkan nilai PGA di permukaan memiliki nilai terbesar di bagian selatan hingga timur dan memiliki tren penurunan ke arah barat hingga barat laut. Sehingga, berdasarkan sebaran nilai PGA di permukaan, bagian selatan hingga timur memiliki bahaya gempa relatif lebih besar dibandingkan dengan bagian barat hingga barat laut. Namun, pada bagian barat dan timur laut juga perlu menjadi perhatian karena memiliki nilai amplifikasi dan kedalaman engineering bedrock yang lebih dalam, sehingga terdapat kemungkinan adanya bahaya gempa di daerah tersebut.