Provinsi Kalimantan Timur tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai
Kartanegara telah ditetapkan sebagai ibu kota negara baru Indonesia. Salah satu
pertimbangan terpilihnya wilayah tersebut adalah potensi bencana alam terutama
bahaya gempa relatif kecil. Namun jika memperhatikan catatan sejarah kegempaan,
beberapa gempa merusak pernah terjadi di Kalimantan Timur. Untuk itu, penelitian
tentang profil dan karakteristik lapisan bawah permukaan di wilayah Penajam Paser
Utara dan sekitarnya menjadi penting untuk dilakukan. Pada penelitian ini,
dilakukan pengolahan data menggunakan metode HVSR dengan memanfaatkan
data mikrotremor dari 21 seismometer yang terpasang di lokasi penelitian,
kerjasama antara ITB, BMKG, dan Cambridge University. Penelitian dilakukan
untuk mengetahui potensi bahaya gempa di Penajam Paser Utara dan sekitarnya
dengan menghitung nilai frekuensi dominan, amplifikasi, profil Vs30, kedalaman
engineering bedrock, serta menghitung nilai PGA di permukaan. Dari hasil
pengolahan HVSR diperoleh nilai frekuensi dominan sebesar 0,58–13,04 Hz,
sedangkan nilai amplifikasi yang diperoleh yakni 1,41–6,41. Selanjutnya,
dilakukan proses inversi terhadap kurva HVSR dan menghasilkan nilai Vs30
berkisar 193,5–676,5 m/s yang didominasi oleh jenis tanah sedang (SD) dan tanah
keras (SC). Lapisan sedimen dengan nilai Vs 750 m/s (engineering bedrock)
teridentifikasi berada pada kedalaman 20,3–207,3 m. Sedangkan nilai PGA di
permukaan diperoleh sebesar 0,065–0,16 g. Sedangkan nilai PGA di permukaan
memiliki nilai terbesar di bagian selatan hingga timur dan memiliki tren penurunan
ke arah barat hingga barat laut. Sehingga, berdasarkan sebaran nilai PGA di
permukaan, bagian selatan hingga timur memiliki bahaya gempa relatif lebih besar
dibandingkan dengan bagian barat hingga barat laut. Namun, pada bagian barat dan
timur laut juga perlu menjadi perhatian karena memiliki nilai amplifikasi dan
kedalaman engineering bedrock yang lebih dalam, sehingga terdapat kemungkinan
adanya bahaya gempa di daerah tersebut.