digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yoga Suryo Pambagyo
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Pasang surut (pasut) adalah fenomena naik turun muka air laut karena pengaruh gaya gravitasi b ulan dan m atahari, serta faktor lai n . Di Indonesia, pengamatan pasut dilakukan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) melalui pengukuran muka air laut secara langsung di lapangan Namun, pengukuran tersebut memiliki keterbatasan pada jumlah stasiun pasut dan jangkauannya . Oleh karena itu, digunakan model numerik sebagai baha n prediksi pasut di wilayah yang tidak terjangkau oleh stasiun pasut , yaitu model pasut global Tidal eXtended Ocean (TPXO 9 v.5 resolusi 1/30 derajat dan Finite Element Solution (FES 2014 resolusi 1/16 derajat Dengan data prediksi pasut , maka dapat diperoleh datum pasut untuk pemenuhan Undang undang Informasi Geospasial (UU IG) dan Peraturan BIG, yaitu garis pantai yang terdiri dari Highest Astronomical Tide (HAT), Mean High Water Spring (MHWS), Mean Sea Level (MSL), Mean Low Water Spring (MLWS ), dan Lowest Astronomical Tide (LAT). Datum pasut yang dianalisis dan dibuat menjadi peta pada penelitian ini hanya HAT dan LAT tereferensi terhadap MSL serta Earth Gravitational Model ( Proses prediksi pasut menggunakan m etode analisis harmonik least square dengan fungsi t_tide di Matlab. Metode ini menganalisis komponen pasut dari model pasut global yang menghasilkan LAT dan HAT prediksi selama 40 tahun. Hasil prediksi LAT dan HAT akan diverifikasi dengan LAT dan HAT dari stasiun pasut BIG, lalu akan dibandingkan hasil verifikasi kedua model pasut global untuk mendapatkan model pasut dengan hasil prediksi terbaik melalui nilai Root Mean Square Error (RMSE). Selanjutnya, nilai LAT dan HAT prediksi akan divisualisasikan dala m bentuk peta dengan referensi vertikal terhadap MSL dan EGM2008 (geoid). Penelitian ini menghasilkan peta LAT dan HAT Indonesia dari TPXO9 v.5 (1/30 derajat) dan FES2014 (1/16 derajat) tereferensi MSL dan geoid. Selain itu, hasil RMSE menunjukkan bahwa prediksi LAT dan HAT dengan TPXO9 v.5 (1/30 derajat) memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan FES2014 (1/16 derajat), yaitu berturut turut 0,077 m; 0,058 m; 0,090 m; dan 0,084 m. Hasil ini diharapkan dapat menjadi referensi da lam perencanaan dan pengembangan aktivitas terkait wilayah perairan Indonesia, seperti penentuan batas laut, pembangunan infrastruktur, pariwisata, dan pengelolaan sumber daya alam.