digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800



BAB 1 - TRI NUGRAHA ADI KESUMA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 - TRI NUGRAHA ADI KESUMA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 - TRI NUGRAHA ADI KESUMA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 - TRI NUGRAHA ADI KESUMA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 - TRI NUGRAHA ADI KESUMA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 - TRI NUGRAHA ADI KESUMA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 7 - TRI NUGRAHA ADI KESUMA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan


Risiko banjir merupakan masalah yang tidak dapat dihindari pada daerah-daerah dengan potensi banjir. Penggunaan daerah rentan banjir sebagai ruang aktivitas manusia meningkatkan tingkat risiko banjir karena munculnya pertambahan ancaman jiwa dan kerugian akibat banjir. Penggunaan ruang bantaran sungai sebagai kawasan terbangun tidak jarang menyulitkan penataan infrastruktur banjir dan menurunkan tingkat kapasitas penanganan banjir, seperti yang terjadi pada alur Sungai Ciliwung. Peningkatan puncak debit akibat pembukaan dan pembangunan lahan pada Daerah Aliran Sungai dan penumpukan sampah pada pintu air meningkatkan besaran debit periode ulang dan meningkatkan kemungkinan breach pada Pintu Manggarai. Penggunaan model debit periode ulang dan breach pada Pintu Manggarai dilakukan untuk menyimulasikan pola banjir yang terjadi guna membuat zonasi ancaman banjir. Banjir karena kondisi jebolnya Pintu Manggarai memindahkan sebagian besar risiko banjir tinggi dari kawasan Setiabudi menuju kawasan Menteng dan Jatinegara dengan peningkatan luas genangan hingga 259% luas genangan karena debit periode ulang 100 tahun. Pengubahan kawasan pemukiman bantaran Sungai Ciliwung menjadi jalur hijau selebar 15m dapat mengurangi risiko banjir dengan periode ulang di bawah 50 tahun, namun tidak dapat mengurangi risiko banjir akibat periode ulang di atas 50 tahun dan banjir karena jebolnya Pintu Manggarai. Penanganan berupa peningkatan kapasitas fisik dengan pembuatan tanggul banjir dapat menurunkan tingkat ancaman kawasan kajian secara umum, namun memindahkan banjir, dan menyebabkan peningkatan genangan banjir di Kelurahan Manggarai hingga 200%. Transformasi taman dan lahan kosong menjadi kolam retensi mampu menurunkan luas genangan, namun ketersediaan lahan kawasan kajian menyebabkan penurunannya tidak terlalu signifikan, dan masih membutuhkan penanganan di bagian hulu kawasan kajian. Skenario pengurangan risiko banjir membutuhkan tidak hanya pembangunan tanggul dan kolam resapan, namun juga transformasi guna lahan pemukiman bantaran sungai untuk menurunkan risiko banjir secara signifikan.