ABSTRAK Vita Immamatul Khikmah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Vita Immamatul Khikmah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB1 Vita Immamatul Khikmah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB2 Vita Immamatul Khikmah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB3 Vita Immamatul Khikmah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB4 Vita Immamatul Khikmah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB5 Vita Immamatul Khikmah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Vita Immamatul Khikmah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terlepas dari klaim bahwa polusi cahaya adalah yang paling mudah untuk
dikendalikan, terlihat jelas bahwa polusi cahaya semakin memburuk di seluruh
dunia seiring dengan meningkatnya populasi manusia. Kegagalan dalam
mengendalikan polusi cahaya ini disebabkan oleh kesulitan dalam mengidentifikasi
sumber utama polusi cahaya, sehingga sulit untuk membuat regulasi
yang efektif mengenai pencahayaan buatan.
Dilakukan studi independen untuk mengidentifikasi kemungkinan sumber
polusi cahaya menggunakan data satelit sebelum, selama, dan setelah periode
lockdown akibat wabah Covid-19 di Indonesia. Dari studi tersebut, ditemukan
bahwa kota-kota besar mengalami penurunan signifikan dalam polusi cahaya
karena banyak orang bekerja dari rumah, sedangkan daerah pedesaan terjadi
sedikit peningkatan atau bahkan tidak ada perubahan. Hal ini menunjukkan
bahwa pemukiman memberikan kontribusi kecil terhadap polusi cahaya,
dengan sumber utamanya adalah aktivitas manusia terkait penggunaan dan
penempatan cahaya buatan, seperti di kawasan komersial, industri, perkantoran
tinggi, serta transportasi darat.
Sebuah studi yang menggabungkan data satelit dan data lapangan menggunakan
Sky Quality Meter (SQM) dilakukan untuk mengidentifikasi kecerlangan
langit dan melihat korelasi antara kualitas langit yang terukur oleh
satelit dan SQM. Tujuan studi ini adalah untuk memanfaatkan hasil tersebut
dalam memperkirakan kondisi langit astronomis di lokasi yang tidak memiliki
data SQM. Hasil studi menunjukkan adanya korelasi yang terukur antara tahun
2015 hingga 2018 dengan nilai satelit selalu lebih besar 2.025 kali (dengan
standar deviasi 0.2) nilai yang terukur oleh SQM yang konsisten di Observatorium
Bosscha. Informasi ini dapat digunakan untuk memprediksi kondisi
langit astronomis di tiga destinasi astrowisata untuk beberapa tahun ke depan
yang menunjukkan kecenderungan untuk memburuk.
Untuk itu dipelajari strategi untuk memelihara dan meningkatkan kualitas
langit, yang meliputi kampanye edukasi, pengaturan pencahayaan di malam
hari, penggunaan teknologi pencahayaan yang efisien dan ramah lingkungan,
regulasi terkait pencahayaan di sekitar kawasan tersebut, serta pengendalian
pembangunan yang tidak memperburuk polusi cahaya.