digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2023 TA PP ASA NOR FARICHA 1.pdf
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Lasem atau yang sering disebut sebagai “Kota Tiongkok Kecil”, memiliki begitu banyak warisan budaya, salah satunya adalah bangunan pusaka. Di Lasem, terdapat lebih dari 200 bangunan pusaka, namun banyak yang tidak terawat dan dibiarkan kosong. Sementara, bangunan-bangunan tersebut menjadi saksi perkembangan seni budaya Lasem yang juga kini terancam eksistensinya, seperti Wayang Gagrak Laseman, Seni Laesan, Wayang Bengkong, dll. Salah satu warisan budaya yang paling terjaga kondisinya adalah batik tulis Lasem yang di dalam eksistensinya tidak terlepas dari peran besar wanita. Walaupun demikian, masih terdapat permasalahan lingkungan dalam industri batik tulis. Sehingga, ‘ekofeminisme’ dijadikan sebagai pendekatan perancangan fasilitas yang mampu menjadi wadah pelestarian sekaligus edukasi budaya dengan menonjolkan secara kuat sisi wanita dan alam di dalamnya. Dengan menggunakan metode studi literatur, wawancara, survey, dan observasi secara langsung, ditemukan data-data analisis berkaitan dengan pengguna, kebutuhan fasilitas, beserta konsep desain yang dapat ditawarkan. Fasilitas yang mampu menjawab permasalahan tersebut adalah fasilitas pusat kebudayaan dengan fasilitas dan program ruang yang variatif serta mengusung konsep yang berkaitan dengan nilai multi-etnis (China, Jawa, Arab), batik tulis, dan sisi heritage-nya dengan perancangan yang kontekstual. Perancangan kontekstual yang dimaksud adalah berbentuk revitalisasi bangunan pusaka dengan metode adaptive reuse, baik dalam segi desain interior maupun arsitekturalnya. Bangunan arsitektural diambil berdasarkan penelitian terdahulu yang telah mengusung metode adaptive reuse yang kemudian diolah lebih fokus pada area interior, semi eksterior, dan eksterior sebagai aspek desain pendukung yang integratif. Hasil perancangan teknis berfokus pada organisasi ruang yang terbagi menjadi empat area besar (budaya, edukasi, kuliner, dan komersial) dan secara konseptual berfokus pada penggunaan material, warna, dan aspek bentuk visual yang representatif. Sementara itu, nilai ekofeminisme tersebar di berbagai aspek perancangan interior, termasuk pada konten edukasi yang ditampilkan.