digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lokasi penelitian terletak di daerah Kutawaringin, sekitar 3,5 kilometer dari Kota Soreang, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Daerah ini dapat dicapai dengan mobil dan sepeda motor melalui jalan aspal yang baik. Namun untuk mencapai lokasi hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Maksud penelitian dalam tesis ini adalah untuk meneliti struktur geologi rinci di daerah Kutawaringin yang berguna untuk keperluan pengembangan ilmu pengetahuan dan eksplorasi mineral. Adapun tujuan penelitian dalam tesis ini adalah untuk menghasilkan model keberadaan mineralisasi yang berbasis struktur geologi. Metodologi dalam penelitian diawali dengan pengumpulan data sekunder berupa peta geologi regional, peta gayaberat, laporan pengamatan petrografi dan analisis X-ray diffraction (XRD) dari penelitian sebelumnya. Data awal ini kemudian dikompilasi untuk menentukan tahap penelitian berikutnya. Penelitian struktur meliputi struktur makroskopis, mesoskopis dan mikroskopis. Hasil dari analisis struktur sesar berupa peta struktur geologi, peta kedudukan tegasan utama dan peta zona bukaan mineralisasi yang selanjutnya menjadi dasar dalam pembuatan peta evolusi sesar. Dari penelitian struktur geologi dapat ditentukan bahwa sesar menganan berarah barat-timur bertindak sebagai kontrol struktur utama naiknya batuan terobosan andesit dan dasit yang membawa sumber panas dan mineral logam. Sedangkan sesar normal berarah baratlaut-tenggara membatasi zona bukaan mineral. Sebaran urat kuarsa terutama di sepanjang zona bukaan. Kedudukan umum urat kuarsa adalah U 143o T/78o . Dari pengamatan petrografi, mineragrafi, analisis absorption spectrum diffraction (ASD) serta X-ray Ray Diffraction (XRD) dapat ditentukan 4 zona ubahan yaitu zona filik, zona argilik lanjut, zona argilik dan zona sub-propilitik. Zona filik dicirikan oleh kehadiran serisit, serisit-ilit, K-felspar, muskovit, mika-smektit, kalsit dan anhidrit. Zona argilik lanjut dicirikan oleh kehadiran rutil, pirofilit, kaolinit dan kuarsa. Zona argilik dicirikan oleh kehadiran kaolinit, smektit, monmorilonit, ilit, ilit-smektit, haloisit dan siderit. Zona sub-propilitik dicirikan oleh kehadiran klorit, klorit-smektit, adularia dan albit. Paragenesa mineral dan ubahan dapat dibedakan menjadi 4 tahap yaitu : Tahap I (Kuarsa-Serisit), Tahap II (Sulfida), Tahap III (Karbonat) dan Tahap IV (Kaolinit). Suhu pembentukan logam sulfida termasuk emas ditentukan berdasarkan pada plot kisaran hasil suhu kestabilan mineral hasil dari pengamatan mineragrafi. Logam sulfida yang digambarkan adalah tenantit, pirit, kalkopirit, pirhotit, sfalerit, galena termasuk emas. Gambaran menunjukkan bahwa pengendapan logam sulfida terjadi pada kisaran suhu antara 200 sampai 300oC. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa endapan emas di daerah Kutawaringin mencirikan tipe epitermal high sulfidation.