Abstrak Joko Wahyudi 22008019.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Cover Joko Wahyudi 22008019.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB I Joko Wahyudi 22008019.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab II Joko Wahyudi 22008019.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab III Joko Wahyudi 22008019.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB IV Joko Wahyudi 22008019.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab V Joko Wahyudi 22008019.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB VI Joko Wahyudi 22008019.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB VII Joko Wahyudi 22008019.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi PUSTAKA Joko Wahyudiono
PUBLIC Dedi Rosadi
Lokasi penelitian terletak di daerah Kutawaringin, sekitar 3,5 kilometer dari Kota
Soreang, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Daerah ini dapat dicapai
dengan mobil dan sepeda motor melalui jalan aspal yang baik. Namun untuk
mencapai lokasi hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki.
Maksud penelitian dalam tesis ini adalah untuk meneliti struktur geologi rinci di
daerah Kutawaringin yang berguna untuk keperluan pengembangan ilmu
pengetahuan dan eksplorasi mineral. Adapun tujuan penelitian dalam tesis ini
adalah untuk menghasilkan model keberadaan mineralisasi yang berbasis struktur
geologi.
Metodologi dalam penelitian diawali dengan pengumpulan data sekunder berupa
peta geologi regional, peta gayaberat, laporan pengamatan petrografi dan analisis
X-ray diffraction (XRD) dari penelitian sebelumnya. Data awal ini kemudian
dikompilasi untuk menentukan tahap penelitian berikutnya. Penelitian struktur
meliputi struktur makroskopis, mesoskopis dan mikroskopis. Hasil dari analisis
struktur sesar berupa peta struktur geologi, peta kedudukan tegasan utama dan
peta zona bukaan mineralisasi yang selanjutnya menjadi dasar dalam pembuatan
peta evolusi sesar.
Dari penelitian struktur geologi dapat ditentukan bahwa sesar menganan berarah
barat-timur bertindak sebagai kontrol struktur utama naiknya batuan terobosan
andesit dan dasit yang membawa sumber panas dan mineral logam. Sedangkan
sesar normal berarah baratlaut-tenggara membatasi zona bukaan mineral. Sebaran
urat kuarsa terutama di sepanjang zona bukaan. Kedudukan umum urat kuarsa
adalah U 143o
T/78o
.
Dari pengamatan petrografi, mineragrafi, analisis absorption spectrum diffraction
(ASD) serta X-ray Ray Diffraction (XRD) dapat ditentukan 4 zona ubahan yaitu
zona filik, zona argilik lanjut, zona argilik dan zona sub-propilitik. Zona filik
dicirikan oleh kehadiran serisit, serisit-ilit, K-felspar, muskovit, mika-smektit,
kalsit dan anhidrit. Zona argilik lanjut dicirikan oleh kehadiran rutil, pirofilit,
kaolinit dan kuarsa. Zona argilik dicirikan oleh kehadiran kaolinit, smektit,
monmorilonit, ilit, ilit-smektit, haloisit dan siderit. Zona sub-propilitik dicirikan
oleh kehadiran klorit, klorit-smektit, adularia dan albit.
Paragenesa mineral dan ubahan dapat dibedakan menjadi 4 tahap yaitu : Tahap I
(Kuarsa-Serisit), Tahap II (Sulfida), Tahap III (Karbonat) dan Tahap IV
(Kaolinit).
Suhu pembentukan logam sulfida termasuk emas ditentukan berdasarkan pada
plot kisaran hasil suhu kestabilan mineral hasil dari pengamatan mineragrafi.
Logam sulfida yang digambarkan adalah tenantit, pirit, kalkopirit, pirhotit,
sfalerit, galena termasuk emas. Gambaran menunjukkan bahwa pengendapan
logam sulfida terjadi pada kisaran suhu antara 200 sampai 300oC.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa endapan emas di daerah Kutawaringin
mencirikan tipe epitermal high sulfidation.