digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian mineralisasi hidrotermal di daerah Pacitan dan sekitarnya dilakukan untuk menyusun model mineralisasi berdasarkan data mineralogi dan kimia batuan volkanik. Daerah Pacitan dan sekitarnya yang terletak pada jalur Pegunungan Selatan Jawa Timur, secara tektonik terbentuk di dalam Busur Magmatik Sunda telah mengalami paling tidak tiga kali aktifitas magmatik, yang menghasilkan batuan-batuan volkanik dengan komposisi yang bervariasi. Aktifitas magmatik dan proses tektonik yang kompleks di daerah ini, akan membentuk mineralisasi yang kompleks dan bervariasi. Dengan demikian, maka studi mineralisasi di daerah Pacitan dan sekitarnya menjadi penting. Daerah Pacitan dan sekitarnya disusun oleh batuan-batuan volkanik yang sebanding dengan Formasi Mandalika dan batuan sedimen dari Formasi Arjosari. Keduanya memiliki hubungan menjemari dan dibentuk pada kala Oligo-Miosen. Tiga kelompok umur batuan teridentifikasi berdasarkan hasil pentarikhan umur radiometri menggunakan metode K-Ar dan fission track yaitu antara 29-34 juta, 12-17 juta, dan kurang dari 3 juta tahun. Kelompok batuan tersebut menghasilkan batuan dasit, diorit, serta lelehan basalt, kemudian andesit sampai basalt, dan andesit. Pola struktur berupa sesar mendatar baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya, berhubungan dengan kehadiran mineralisasi, berupa urat termineralisasi dan sebaran bijih pada batuan dinding seperti Tegalombo dan Kasihan. Secara petrografi daerah Pacitan terdiri dari batuan beku volkanik berkomposisi basaltikandesitik, tuf kristal, quartz arenit, lithic arenit, batuan terubah (altered rock) dan urat kuarsa. Proses ubahan membentuk zona batuan ubahan propilitik, subpropilitik, filik, argilik, argilik lanjut, dan potasik, yang berasosiasi dengan mineralisasi bijih pirit, magnetit, kalkopirit, sfalerit, dan kovelit. Penyebaran zona propilitik yang luas, sebagian terubah ulang (overprint) oleh argilik, filik dan potasik, yang tersingkap berupa jendelajendela kecil di dalam zona propilitik. Ini mengindikasikan pengaruh beberapa kali aktifitas hidrotermal di daerah ini. Proses hidrotermal di daerah ini dipengaruhi oleh fluida hidrotermal yang kaya air dengan salinitas rendah sampai menengah (0,1-14,6) % berat NaCl ekuivalen, di daerah Pacitan dan Arjosari, sedangkan untuk daerah Tegalombo dan Tulakan (Kasihan) memiliki salinitas menengah sampai tinggi (6,9-25,8) % berat NaCl ekuivalen. Tipe mineralisasi adalah epitermal sulfidasi rendah untuk daerah Pacitan, Arjosari, dengan suhu homogenisasi (225-250)°C. Transisi sistem epitermal dengan mesotermal di daerah Kedung Grombyang dan kali Grindulu – Tegalombo, dengan suhu homogenisasi (200- 290)°C dan >350°C, dan tipe epitermal yang berhubungan dengan porfiri dengan kisaran suhu (210-340)ºC, untuk daerah Tulakan (Kasihan). Pembentukkan mineralisasi pirit dan kalkopirit, dicirikan pula oleh pengkayaan Cu dan Mo (kasus kali Grindulu-Tegalombo). Menurut peneliti terdahulu, fakta seperti ini merupakan indikasi keterlibatan batuan asal kontinental. Hasil analisis unsur utama (major elements) menunjukkan bahwa sebagian besar sampel dikategorikan telah terubah. karena memiliki nilai LoI atau H2O+ yang tinggi (lebih besar dari 2% berat). Sehingga pengeplotan data SiO2 dengan unsur oksida utama (major elements) pada diagram Harker memperlihatkan pola korelasi yang tidak jelas. Pengeplottan data diagam laba-laba unsur jejak (trace elements) dan unsur tanah jarang (rare earth elements) memperlihatkan trend pola-pola yang dihasilkan oleh suatu proses fraksinasi magma. Seluruh sampel memperlihatkan karakter yang sama. Studi ini secara ilmu pengetahuan memberikan gambaran mengenai kondisi geologi, karakter mineralogi batuan terubah, karakter kimia batuan dan tipe mineralisasi yang terjadi di daerah penelitian. Indikasi mineralisasi yang berhubungan dengan tipe porfiri terdapat di Kasihan/Tulakan, Kedung Grombyang dan kali Grindulu-Tegalombo, tipe epitermal-mesotermal di sekitar Pacitan, dan epitermal dijumpai di Banyuanget yang ditunjukkan oleh kehadiran mataair panas. Hasil studi ini juga dapat memberikan manfaat bagi dunia pertambangan yaitu membantu menyusun rencana strategi eksplorasi, terutama untuk membatasi daerah-daerah termineralisasi.