Penyusutan kawasan hutan akibat aktivitas manusia di Pulau Jawa semakin
meluas. Keadaan ini dapat berpengaruh negatif terhadap keberadaan jenis-jenis
elang yang menggunakan kawasan ini sebagai habitatnya. Tipe habitat merupakan
salah satu faktor eksternal yang dibutuhkan elang dalam melakukan aktivitas
hariannya dan untuk dapat mempertahankan kehidupannya.
Untuk mengetahui kebutuhan elang akan tipe habitat di Kawasan Panaruban
Tangkuban Perahu, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui proporsi
penggunaan tipe habitat oleh elang dalam melakukan aktivitas hariannya (terbang,
bertengger dan berburu). Proporsi penggunaan tipe habitat didapat dengan
menghitung frekuensi perjumpaan dan lamanya waktu kehadiran elang di setiap
tipe habitat.
Penelitian diawali dengan observasi langsung di lapangan untuk mengetahui jenis
elang yang sering ditemukan perjumpaannya, mengkategorikan tipe habitat yang
diperkirakan sering digunakan elang untuk melakukan aktivitas hariannya dan
menentukan lokasi atau titik pengamatan. Pengamatan aktivitas elang dilakukan
dengan menggunakan metoda Ad-libitum yang digabungkan dengan metoda scan
sampling, sedangkan penghitungan frekuensi perjumpaan dan lamanya waktu
kehadiran dicuplik dengan metoda time sampling.
Ditemukan 3 jenis elang yang sering terlihat kehadirannya di lokasi penelitian
yaitu Elang Hitam (Ichtinaetus malayensis), Elang Ular-Bido (Spilornis cheela)
dan Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus) yang ketiganya termasuk kedalam famili
Acciptridae dan merupakan jenis penetap. Tipe habitat dikategorikan ke dalam 4
tipe habitat yaitu Tipe habitat hutan alam, hutan produksi, kebun teh dan
pertanian yang berupa sawah dan kebun masyarakat di dekat perkampungan
penduduk.
Aktivitas terbang pada umumnya dilakukan oleh ketiga jenis elang dengan
melintas di atas keempat tipe habitat dengan frekuensi perjumpaan tertinggi di tipe
habitat kebun teh dengan frekuensi rata-rata sebesar 51,91%. Aktivitas bertengger
dilakukan oleh Elang Hitam di tipe habitat kebun teh dengan proporsi tertinggi
yaitu 66,67%, hutan produksi dan pertanian digunakan dengan proporsi yang
sama sebesar 16,67%. Elang Ular-Bido hanya teramati melakukan aktivitas
bertenggernya di tipe habitat kebun teh (100%). Elang Brontok melakukan
aktivitas bertenggernya di kebun teh dengan proporsi 77,78% dan di hutan
produksi sebesar 22,22%. Aktivitas berburu teramati dilakukan oleh Elang Hitam dan Elang Ular-Bido di tipe habitat kebun teh dengan proporsi sebesar 100%.
Sedangkan Elang Brontok menggunakan tipe habitat hutan produksi dengan
proporsi 50%, tipe habitat kebun teh dan pertanian digunakan dengan proporsi
yang sama (25%).
Usaha-usaha konservasi terhadap jenis elang dapat dilakukan di kawasan
Panaruban dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan konservasi terhadap habitat
untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Konservasi in-situ adalah metode
terbaik dalam pelestarian elang yaitu dengan melestarikan elang di habitat
alaminya. Usaha konservasi terhadap habitat elang adalah terutama menjaga
keutuhan area berbiak (sarang) dan juga area berburu termasuk area yang menjadi
daerah jelajahnya. Hal ini dapat memberikan dampak positif terhadap kelestarian
elang yang ada di kawasan tersebut.