Identifikasi permeabilitas bawah permukaan dapat dilakukan dengan cara
mengintegrasikan kondisi geologi, pengukuran konsentrasi radioisotop radon, dan
mineralogi. Salah satu upaya memanfaatkan energi panas bumi adalah dengan
melakukan tahapan eksplorasi dengan menentukan wilayah yang berpotensial
memiliki keterdapatan sumber panas bumi dengan mengetahui zona yang memiliki
permeabilitas yang tinggi sehingga dapat dilalui fluida yang ada di bawah
permukaan, mengetahui sebaran mineral-mineral yang identik dengan panas bumi,
serta mengetahui temperatur yang ada di bawah permukaan. Pengambilan data
radon secara temporal telah dilakukan sepanjang tahun 2020 pada tahapan
eksplorasi awal dan akan dibandingkan dengan hasil tahapan pengeboran berupa
sampel coring, data Rock Quality Designation (RQD), data Temperature Core Hole
(TCH) yang telah dilakukan. Sampel yang diambil kemudian dianalisis di
laboratorium dengan menggunakan metode analisis X-Ray Fluoroscene (XRF)
didapatkan persentase unsur dan senyawa oksida serta menggunakan metode
analisis X-Ray Diffraction (XRD) didapatkan persentase mineral yang ada pada
sampel. Hasil data yang didapatkan akan dianalisis dan akan dikorelasikan antara
pengambilan data pada tahapan eksplorasi awal dengan tahapan pengeboran yang
telah dilakukan. Dari hasil analisis konsentrasi radon terlarut dan gas radon yang
dilakukan secara temporal wilayah utara Gunung Patuha memiliki permeabilitas
yang tinggi, wilayah timur Gunung Patuha mengindikasikan sumber radon yang
relatif jauh dari permukaan atau memiliki permeabilitas rendah, wilayah Patuha
merupakan zona alterasi argillic-advanced argillic, memiliki intensitas pelapukan
moderate-high weathering, serta gradien thermal TCH-B memiliki nilai yang lebih
besar dibandingkan gradien thermal TCH-A dikarenakan wilayah Utara Gunung
Patuha memiliki permeabilitas yang lebih baik, didukung dari nilai RQD TCH-B
yang lebih rendah dibandingkan TCH-A sehingga proses sirkulasi fluida dari
sumber panas lebih intensif terjadi.