digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Anggi Simanullang
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Anggi Simanullang
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 Anggi Simanullang
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 Anggi Simanullang
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Anggi Simanullang
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 Anggi Simanullang
PUBLIC Resti Andriani

BAB 6 Anggi Simanullang
PUBLIC Resti Andriani

PUSTAKA Anggi Simanullang
PUBLIC Resti Andriani

Identifikasi permeabilitas bawah permukaan dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan kondisi geologi, pengukuran konsentrasi radioisotop radon, dan mineralogi. Salah satu upaya memanfaatkan energi panas bumi adalah dengan melakukan tahapan eksplorasi dengan menentukan wilayah yang berpotensial memiliki keterdapatan sumber panas bumi dengan mengetahui zona yang memiliki permeabilitas yang tinggi sehingga dapat dilalui fluida yang ada di bawah permukaan, mengetahui sebaran mineral-mineral yang identik dengan panas bumi, serta mengetahui temperatur yang ada di bawah permukaan. Pengambilan data radon secara temporal telah dilakukan sepanjang tahun 2020 pada tahapan eksplorasi awal dan akan dibandingkan dengan hasil tahapan pengeboran berupa sampel coring, data Rock Quality Designation (RQD), data Temperature Core Hole (TCH) yang telah dilakukan. Sampel yang diambil kemudian dianalisis di laboratorium dengan menggunakan metode analisis X-Ray Fluoroscene (XRF) didapatkan persentase unsur dan senyawa oksida serta menggunakan metode analisis X-Ray Diffraction (XRD) didapatkan persentase mineral yang ada pada sampel. Hasil data yang didapatkan akan dianalisis dan akan dikorelasikan antara pengambilan data pada tahapan eksplorasi awal dengan tahapan pengeboran yang telah dilakukan. Dari hasil analisis konsentrasi radon terlarut dan gas radon yang dilakukan secara temporal wilayah utara Gunung Patuha memiliki permeabilitas yang tinggi, wilayah timur Gunung Patuha mengindikasikan sumber radon yang relatif jauh dari permukaan atau memiliki permeabilitas rendah, wilayah Patuha merupakan zona alterasi argillic-advanced argillic, memiliki intensitas pelapukan moderate-high weathering, serta gradien thermal TCH-B memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan gradien thermal TCH-A dikarenakan wilayah Utara Gunung Patuha memiliki permeabilitas yang lebih baik, didukung dari nilai RQD TCH-B yang lebih rendah dibandingkan TCH-A sehingga proses sirkulasi fluida dari sumber panas lebih intensif terjadi.