digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mirmanti Cinahya Winursita
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Mirmanti Cinahya Winursita
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Mirmanti Cinahya Winursita
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Mirmanti Cinahya Winursita
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Mirmanti Cinahya Winursita
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Mirmanti Cinahya Winursita
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Mirmanti Cinahya Winursita
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

Desa Wisata Blimbingsari memiliki keunikan akulturasi budaya Hindu Bali dan agama Kristen Protestan yang menjadikan Community Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan pembangunan pariwisatanya. Penitikberatan CBT memerlukan kolaborasi pentahelix untuk optimalisasi manfaat pariwisata di aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik stakeholder serta hubungan antar-stakeholder dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan berbasis komunitas. Stakeholder Analysis Matrix dan Social Network Analysis digunakan dalam studi ini berdasarkan hasil wawancara semiterstruktur dan tinjauan literatur untuk meneliti karakteristik, berupa pengetahuan, kekuatan, kepentingan, dan pengaruh tiap stakeholder dalam penerapan CBT serta hubungan antar-stakeholder dalam kerangka kolaborasi pentahelix. Hasil temuan studi mengindikasikan, bahwa pengetahuan stakeholder terhadap definisi CBT tergolong tinggi dengan kontribusi tiap stakeholder yang beragam. Kekuatan stakeholder dalam penerapan CBT terbagi berdasarkan wewenang, ketersediaan dan kemampuan mobilisasi sumber daya, serta kepemimpinan sesuai dengan tugas pokok, fungsi, serta otoritas yang dimiliki. Pemerintahan Desa Blimbingsari, Pokdarwis, dan Balai TNBB memiliki kekuatan yang sangat signifikan dan menunjang pelaksanaan CBT di Desa Blimbingsari. Kepentingan stakeholder berupa keterlibatan, aliansi, dan dampak CBT memiliki hasil berupa seluruh stakeholder mendukung penerapan CBT yang dibuktikan dengan keterlibatan sesuai wewenang, manfaat yang dirasakan, serta hambatan yang dianggap sebagai tantangan dalam penerapan CBT. Pengaruh stakeholder yang direpresentasikan dari pengetahuan, kekuatan, dan kepentingan bersifat variatif tetapi spesifik. Hubungan antar-stakeholder memiliki variasi jenis, arah, dan intensitas sesuai karakteristik stakeholder-nya. Lembaga di skala lokal memiliki jenis hubungan yang paling beragam. Berdasarkan karakteristik dan hubungan yang terjadi, dirumuskan empat strategi peningkatan keterlibatan stakeholder yang dirincikan menggunakan pendekatan strategi kapasitas masyarakat, inovasi dan peran lembaga pemerintah, serta pendekatan sinergi institusional.