Desa Wisata Blimbingsari memiliki keunikan akulturasi budaya Hindu Bali dan
agama Kristen Protestan yang menjadikan Community Based Tourism (CBT)
sebagai pendekatan pembangunan pariwisatanya. Penitikberatan CBT memerlukan
kolaborasi pentahelix untuk optimalisasi manfaat pariwisata di aspek ekonomi,
sosial, dan lingkungan. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik
stakeholder serta hubungan antar-stakeholder dalam pembangunan pariwisata
berkelanjutan berbasis komunitas. Stakeholder Analysis Matrix dan Social Network
Analysis digunakan dalam studi ini berdasarkan hasil wawancara semiterstruktur
dan tinjauan literatur untuk meneliti karakteristik, berupa pengetahuan, kekuatan,
kepentingan, dan pengaruh tiap stakeholder dalam penerapan CBT serta hubungan
antar-stakeholder dalam kerangka kolaborasi pentahelix. Hasil temuan studi
mengindikasikan, bahwa pengetahuan stakeholder terhadap definisi CBT tergolong
tinggi dengan kontribusi tiap stakeholder yang beragam. Kekuatan stakeholder
dalam penerapan CBT terbagi berdasarkan wewenang, ketersediaan dan
kemampuan mobilisasi sumber daya, serta kepemimpinan sesuai dengan tugas
pokok, fungsi, serta otoritas yang dimiliki. Pemerintahan Desa Blimbingsari,
Pokdarwis, dan Balai TNBB memiliki kekuatan yang sangat signifikan dan
menunjang pelaksanaan CBT di Desa Blimbingsari. Kepentingan stakeholder
berupa keterlibatan, aliansi, dan dampak CBT memiliki hasil berupa seluruh
stakeholder mendukung penerapan CBT yang dibuktikan dengan keterlibatan
sesuai wewenang, manfaat yang dirasakan, serta hambatan yang dianggap sebagai
tantangan dalam penerapan CBT. Pengaruh stakeholder yang direpresentasikan
dari pengetahuan, kekuatan, dan kepentingan bersifat variatif tetapi spesifik.
Hubungan antar-stakeholder memiliki variasi jenis, arah, dan intensitas sesuai
karakteristik stakeholder-nya. Lembaga di skala lokal memiliki jenis hubungan
yang paling beragam. Berdasarkan karakteristik dan hubungan yang terjadi,
dirumuskan empat strategi peningkatan keterlibatan stakeholder yang dirincikan
menggunakan pendekatan strategi kapasitas masyarakat, inovasi dan peran lembaga
pemerintah, serta pendekatan sinergi institusional.