digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Rio Alcanadre Tanjung Moechtar
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Rio Alcanadre Tanjung Moechtar
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Rio Alcanadre Tanjung Moechtar
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Rio Alcanadre Tanjung Moechtar
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Rio Alcanadre Tanjung Moechtar
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Rio Alcanadre Tanjung Moechtar
PUBLIC Yoninur Almira



JURNAL Rio Alcanadre Tanjung Moechtar
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Daerah Jawa Barat khususnya Tasikmalaya secara geologis merupakan daerah yang rawan akan gempabumi. Akan tetapi, penataan ruang pada dokumen perencanaan tingkat kota belum mengakomodir upaya mitigasi gempabumi. Selain itu, Kota Tasikmalaya sendiri juga memiliki kepadatan penduduk yang tinggi karena merupakan wilayah dengan potensi wisata, pendidikan, perdaganagan. Kawasan perkotaan perlu merencanakan tata ruang dengan berbasis skala mikro. Mikrozonasi gempabumi dapat diintegrasikan kedalam dokumen perencanaan dalam penataan tata ruang sebagai upaya pengurangan risiko gempa. Penelitian ini mengidentifikasi wilayah-wilayah risiko gempa bumi dalam skala mikro dan mengintegrasikan kedalam struktur dan pola ruang di Kota Tasikmalaya. Dari hasil penelitian didapat bahwa Kota Tasikmalaya terbagi menjadi tiga kelas yaitu SC (ancaman rendah), SD (ancaman seadng), dan SE (ancaman tinggi). Wilayah dengan ancaman bahaya tinggi pada sebagian wilayah Pusat Pelayanan Kota, dan beberapa wilayah pada Subpusat Pelayanan Kota. Ancaman sedang gempabumi mendominasi sebagian besar wilayah Kota Tasikmalaya. Berdasarkan analisis risiko gempabumi luas wilayah dengan risiko tinggi sebesar 4502 hektar. Hal itu relatif sangat tinggi apabila dibandingkan dengan total ancaman bahaya tinggi sebesar 957 hektar. Wilayah dengan risiko tinggi terluas adalah daerah Kecamatan Kawalu. Hal tersebut disebabkan karena kapasitas yang rendah berupa tidak adanya tempat evakuasi dan fasilitas Kesehatan. Selain itu, kerentanan ekonomi dan fisik yang tinggi juga menyebabkan luas wilayah dengan risiko tinggi sangat besar. Dalam upaya pengurangan risiko bencana perlunya dilakukan rekayasa sipil seperti pembangunan mengikuti kaidah building code. Selain itu, perlunya juga peningkatan kapasitas dalam tempat evakuasi seperti pembuatan ruang terbuka hijau dan fasilitas kesehatan pada daerah yang memiliki ancaman dan risiko tinggi terhadap gempabumi.