digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak: Penyediaan air bersih di Kota Bandung dihadapkan pada masalah semakin berkurangnya sumber air baku air bersih yang diambil dari air tanah dan air permukaan. Penurunan kapasitas sumur-sumur lokal milik PDAM terjadi hingga 50persen dan untuk mencari sumber air baru di Kota Bandung sudah sangat sulit. Sampai dengan tahun 2005, PDAM Kota Bandung baru dapat melayani 1.323.643 pelanggan yang berarti hanya sekitar 55persen dari total penduduk Kota Bandung sebesar 2.228.268 jiwa. Disisi lain, kondisi air tanah di Kota Bandung terutama di Wilayah Bandung Selatan sudah sangat kritis. Di beberapa tempat di Bandung Selatan penurunan muka air tanah telah mencapai sekitar 100 meter dalam lima tahun terakhir, dan telah masuk kedalam zona rawan dan kritis pengambilan air tanah. Untuk itu, penyediaan air bersih publik yang menggunakan sumber lain sangat dibutuhkan. Salah satu sumber baru yang memungkinkan untuk perluasan pelayanan air bersih adalah Waduk Saguling, walaupun waduk tersebut memiliki lokasi yang cukup jauh dari Kota Bandung dan mempunyai persoalan buruknya kualitas air. Sehingga dalam studi ini dikemukakan mengenai kemungkinan digunakannya Waduk Saguling sebagai sumber air baku. Studi ini bertujuan untuk menilai kelayakan investasi dan operasi pengembangan sistem penyediaan pelayanan air bersih menggunakan sumber air baku Waduk Saguling untuk pelayanan di Kota Bandung bagian Selatan yang belum mendapatkan pelayanan air bersih PDAM. Kajian kelayakan dalam studi ini lebih dititikberatkan kepada pelayanan air bersih skala perkotaan sebagai bentuk perluasan pelayanan air bersih di Kota Bandung. Periode pelayanan diperkirakan untuk 10 dan 20 tahun pelayanan dengan asumsi jika untuk 20 tahun pelayanan, hak penggunaan air bersih Waduk Saguling sepenuhnya dimiliki oleh PDAM Kota Bandung. Pada studi ini pengidentifikasian komponen biaya dilakukan melalui kajian literatur, data sekunder dan analisis statistik Komponen biaya dalam studi ini adalah biaya investasi dan operasi yang difokuskan pada biaya transmisi dan pengolahan.Biaya investasi dan operasi hasil perhitungan tersebut akan dijadikan outflow dalam perhitungan kelayakan finansial peneydiaan air bersih Adapun besarnya inflow dalam perhitungan kelayakan ini ditentukan berdasarkan tarif air bersih yang berlaku saat ini di Kota Bandung. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan NPV dan IRR dapat diketahui bahwa penyediaan prasarana air bersih skala perkotaan yang direncanakan dapat dikatakan layak, karena nilai pendapatan yang diperoleh mampu menutupi arus pembiayaan (bersifat full cost recovery). Besarnya NPV untuk periode 10 tahun pelayanan adalah Rp 9.148.685.714 dengan break event project pada tahun ke-9 dan untuk periode 20 tahun pelayanan adalah Rp 38.637.447.931 dengan break event project pada tahun ke-11.