digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Kurnaemi Fadelia Hasan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Kompleks Gunung Sunda-Tangkuban Perahu terdiri dari Gunung Pra Sunda, Gunung Sunda, Kompleks Bukittunggul-Manglayang, dan Gunung Tangkuban Perahu yang masih aktif hingga saat ini. Kompleks ini berada di Provinsi Jawa Barat yang terletak dekat dengan Kota Bandung yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Oleh karena itu, memahami karakteristik gunungapi sangat penting salah satunya dalam membantu menanggulangi bencana yang mengancam di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik petrologi, mineralogi, dan geokimia batuan volkanik, menentukan karakteristik magma serta sejarah evolusi magmatik daerah penelitian. Data yang digunakan adalah data primer berupa 21 sampel batuan untuk analisis petrografi, 6 data kimia mineral hasil uji SEM-EDS, serta data sekunder berupa data geokimia 45 sampel lava (XRF pada 41 sampel lava serta XRF dan ICP-MS pada 4 sampel lava), Digital Elevation Model (DEM), dan peta geologi. Kompleks Gunung Sunda-Tangkuban Perahu terbagi menjadi tiga periode letusan, yaitu periode pra 560 Ka (Pra Sunda), periode 560–180 Ka (Gunung Sunda), periode 180–50 Ka (Pasca Sunda atau Gunung Tangkuban Perahu). Periode pra 560 Ka (Pra Sunda) memiliki produk letusan berupa andesit dengan SiO2 56–61%berat. Batuan ini memiliki tekstur porfiritik, fenokris berupa mineral plagioklas dengan An43–68 (andesin–labradorit), augit, enstatit, olivin (Fo81–90), dan magnetit, dalam masadasar gelas volkanik, mikrolit plagioklas, piroksen dan kristal halus mineral opak. Periode 560–180 Ka (Gunung Sunda) memiliki produk letusan berupa basalt–andesit dengan SiO2 50–60%berat. Pada awal periode ini, batuan memiliki fenokris berupa plagioklas An41–74 (andesin–bitownit), augit dan magnetit, dalam masadasar gelas volkanik, mikrolit plagioklas, piroksen, dan kristal halus mineral opak. Sedangkan pada periode akhir, batuannya memiliki fenokris berupa plagioklas An45–87 (andesin–bitownit), augit, enstatit, magnetit, dan olivin (Fo76–89), dalam masadasar gelas volkanik, mikrolit plagioklas, kristal halus mineral opak, piroksen, dan olivin. Periode 180–50 Ka (Pasca Sunda atau Gunung Tangkuban Perahu), memiliki produk letusan berupa batuan andesit basaltik–trakhiandesit dengan kandungan SiO2 54–57,5%berat. Pada periode awal, batuannya memiliki fenokris berupa mineral plagioklas dengan An50–77 (andesin–bitownit), augit, dan magnetit, dalam masadasar gelas volkanik, mikrolit plagioklas, kristal halus mineral opak, dan piroksen. Dan pada periode akhir memiliki produk letusan berupa trakhiandesit dengan kandungan SiO2 57–58%berat. Batuan ini memiliki fenokris berupa mineral plagioklas dengan An40–86 (andesin–bitownit), augit, magnetit, dan olivin (Fo39–61), dalam masadasar gelas volkanik, mikrolit plagioklas, kristal halus mineral opak, piroksen dan olivin. Aktivitas volkanisme Kompleks Gunung Sunda-Tangkuban Perahu memiliki magma dengan afinitas toleitik dan kalk-alkalin. Sejarah aktivitas magmatik Kompleks Gunung Sunda-Tangkuban Perahu dimulai dari perkembangan Gunung Pra Sunda dengan magma yang sudah mengalami diferensiasi pada periode pra 560 Ka. Periode ini menghasilkan produk letusan berupa satuan lava dan aliran piroklastik. Selain itu, terbentuk Kaldera Pra Sunda pada periode ini. Pada periode awal 560–180 Ka, Gunung Sunda berkembang dan mengalami aktivitas volkanik yang menghasilkan produk letusan berupa satuan lava dan aliran piroklastik dengan proses diferensiasi magma yang masih berlanjut. Letusan dahsyat yang terjadi pada periode ini juga membentuk Kaldera Sunda. Dan pada periode akhir 560–180 Ka, Gunung Sunda mengalami injeksi magma basaltik pada magma yang sudah terdiferensiasi sebelumnya, dan menyebabkan magma mixing. Letusan pada Kerucut Lava Bukit Tunggul dan Panenjoan juga terjadi. Gunung Tangkuban Perahu berkembang pada periode awal 180–50 Ka. Aktivitas magma pada periode ini masih mengalami diferensiasi. Pada periode akhir 180–50 Ka, magma mengalami diferensiasi berupa fraksinasi kristal dengan produk letusan berupa lava dan piroklastik. Selain itu, pada periode ini kemungkinan terjadi beberapa injeksi magma basaltik.