digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lean management seperti just-in-time di perusahaan, membuat logistik menjadi penting dalam mengelola aliran barang secara efisien. Di Indonesia, kompleksitas proses logistik karena tantangan geografi dan infrastruktur, menimbulkan risiko bagi perusahaan yang mengandalkan kegiatan logistik. Tren penggunaan penyedia jasa logistik (LSP) oleh perusahaan manufaktur menyebabkan kurangnya visibilitas kegiatan logistik yang dikelola oleh LSP, sehingga memperburuk risiko logistik. Penelitian sebelumnya telah mengembangkan manajemen risiko rantai pasokan (SCRM) yang berfokus pada upaya kolaboratif yang lebih efektif dalam menangani risiko. Namun, skema kolaborasi dalam SCRM masih jarang dipelajari. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fitur kolaborasi yang dapat digunakan dalam proses SCRM antara perusahaan manufaktur dan LSP dalam aktivitas logistik dan menyelidiki apakah penggunaan fitur kolaborasi dalam proses SCRM dapat mengurangi tingkat keparahan risiko logistik. Untuk tujuan penelitian yang pertama, dilakukan studi kasus di perusahaan manufaktur otomotif dan LSP otomotif. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan ahli logistik di perusahaan. Sementara itu, untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua, dilakukan simulasi menggunakan Pemodelan Berbasis Agen (ABM). Simulasi dilakukan untuk empat skenario yang berbeda dalam tingkat keinginan awal untuk berkolaborasi dalam proses SCRM. Penelitian ini menemukan lima fitur kolaborasi yang dapat digunakan untuk proses SCRM antara produsen dan LSP dalam aktivitas logistik, yaitu berbagi informasi, sinkronisasi keputusan, keselarasan insentif, proses rantai pasokan terintegrasi, dan sistem kinerja kolaboratif. Simulasi menggunakan ABM menunjukkan bahwa fitur kolaborasi ini dapat mengurangi tingkat keparahan risiko logistik, terutama ketika ada kemauan awal yang tinggi untuk berkolaborasi. Penelitian ini berkontribusi pada teori dengan mengidentifikasi bagaimana perusahaan dapat bekerja sama untuk meningkatkan manajemen risiko. Penelitian ini juga merekomendasikan perusahaan untuk berinvestasi dalam kemitraan jangka panjang guna memperkuat kepercayaan dengan mitra mereka.