digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Terjadinya reorganisasi Perusahaan dimana tim sebelumnya yang menangani pekerjaan persiapan Pengeboran pada RK (Rencana Kerja) 2021 dipindahkan dari area operasi Bunyu Pertamina EP5 dan tidak ada serah terima yang baik kepada tim baru, termasuk kontrak kerja alat berat dan kontrak kerja persiapan area pengeboran. RK 2022 pekerjaan Pengeboran dimana kerangka waktu konstruksi antar sumur tidak ideal seperti pada tahun 2021 (sebelum reorganisasi) dimana standarnya adalah 90 hari kemudian berubah yang rata-rata 55 hari. Perusahaan berpotensi mengalami kerugian akibat keterlambatan mobilisasi peralatan Rig ke area pengeboran dengan besaran biaya harian sejumlah USD 24.736. Tujuan dari proyek ini diharapkan dapat meningkatkan proses pelaksanaan persiapan Sumur Pengeboran Konstruksi yang diselesaikan sesuai rencana yang tujuannya adalah untuk memenuhi permintaan pemangku kepentingan dalam kualitas dan kecepatan. Dampak dari peningkatan ini akan memberikan manfaat bagi Perusahaan untuk meningkatkan jumlah kesiapan Sumur pengeboran per tahun yang akhirnya dapat memberikan peluang yang lebih tinggi untuk mendapatkan produksi setiap tahun dan menghindari biaya tambahan waktu diam karena keterlambatan persiapan pada Sumur Pengeboran. Dengan mengacu pada kebijakan Sistem Manajemen Mutu Pertamina, yang salah satunya melalui CIP (Continuous Improvement Plan), dimana esensi utama CIP adalah metode penyelesaian masalah kerja yang berorientasi pada Penciptaan Nilai. CIP tidak hanya mengejar prestasi atau mencari pemenang, karena sebenarnya hal ini bisa disebut sebagai rangkaian “Berbagi Pembelajaran” sehingga masalah pekerjaan dapat diselesaikan. Pertamina mengajak para peserta untuk terus berkontribusi sebagai insan Pertamina yang mendorong inovasi, kreativitas, dan inisiatif demi perbaikan yang bekesinambungan yang diyakini dalam waktu dekat Pertamina akan mampu berkiprah di kancah internasional melalui Inovasi. Salah satu metode yang biasa digunakan pada CIP adalah implementasi metode Six-Sigma, yaitu Define-Measure-Analyze-Improve-Control (DMAIC), yang pada Proyek ini diterapkan pada proses kerja Konstruksi. Fase define adalah untuk mengetahui gejala masalah dari situasi yang ada dan rencana apakah masalah tersebut ada atau tidak dari pemangku kepentingan dan data yang ada. Fase pengukuran adalah mengumpulkan data, pertemuan kelompok untuk mengidentifikasi masalah dengan observasi, metode kuantitative dan metode qualitative. Fase analisis adalah menemukan akar penyebab masalah dengan Fish Bone Diagram, CRT dan FMEA. Untuk menghilangkan aktivitas yang tidak perlu (durasi pekerjaan lebih dari 55 hari dianggap aktivitas yang tidak perlu) dari proses yang ada sebelum perbaikan, uji coba telah dilakukan melalui eksekusi langsung dengan proses perbaikan (menghilangkan aktivitas yang tidak diperlukan, melakukan beberapa proses secara paralel, menggunakan beberapa teknologi seperti Kompon untuk mempercepat pengeringan untuk memperbaiki proses) yang telah disepakati dan dapat dilakukan dengan menggunakan sumber daya saat ini (Pekerja, Alat dan Peralatan) dan Kontrak Kerja karena tidak ada waktu untuk mengubah ruang lingkup jadwal Kerja dan Pengeboran yang dilakukan pada tahap Perbaikan. Terakhir, fase Control adalah proses untuk memantau dan memastikan pelaksanaan rencana perbaikan, pengumpulan data dan pembaruan hasil proyek. Proses perbaikan telah berhasil dilaksanakan di departemen OSF (Operation Surface Facility) – Manajemen Konstruksi selama tahap uji coba selama periode Q3-Q4 2021 pada tiga percepatan sumur, yaitu area B-1718B, B-1910B &B-1901B dan Implementasi Rencana kerja 2022 mulai dari sumur B2102 Q4 2021 hingga cut off data rekor pada juli/Agustus 2022 di sumur B-2220. Waktu persiapan sumur pengeboran konstruksi telah ditingkatkan 84.88% dibandingkan dengan proses base line rata-rata 90 hari hingga 46 hari yang targetnya adalah 55 hari selama fase uji coba. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan, waktu persiapan sumur pengeboran konstruksi telah ditingkatkan 44.44% dibandingkan dengan base line process rata-rata 90 hari hingga 50 hari yang targetnya adalah 55 hari, dengan catatan bahwa target 45 hari adalah untuk area yang sudah ada, bukan area baru dimana pekerjaan perlu dilakukan dari pembukaan akses jalan dan dilanjutkan tahap selanjutnya hingga pekerjaan konstruksi pondasi pemboran dapat dimulai. Dengan perbaikan ini, Perusahaan tidak mendapat biaya tambahan yang mungkin potensial berdampak karena keterlambatan persiapan sumur pengeboran, selain menghemat IDR 26.581.847.235 or 25.54% dari potensi biaya yang dianggarkan yang disediakan + Rig tidak beroperasi. Selain itu, Perusahaan memperoleh Value Creation dari jadwal Rig-Up yang lebih awal dibandingkan dengan rencana sebesar IDR IDR 29.142.253.350, -. Pemantauan harian diterapkan untuk mengontrol konsistensi kinerja yang berkelanjutan untuk sisa rencana kerja 2022 yang berpotensi untuk perbaikan selanjutnya dari rekomendasi Proyek ke rencana kerja 2023.