Saat ini, minum kopi tidak hanya menjadi sebuah kesenangan, namun sudah
menjadi gaya hidup banyak orang di Indonesia, terutama generasi milenial dan
Gen-Z yang mendominasi total populasi. Hal ini terlihat dari banyaknya kedai kopi
yang bermunculan di seluruh Indonesia. Mulai dari kota-kota besar, fenomena ini
merambah ke kota-kota kelas menengah hingga kota-kota kecil. Salah satunya
adalah Sangatta, ibu kota kabupaten Kutai Timur, di Kalimantan Timur. Ditambah
dengan teknologi internet yang semakin cepat dan peran media sosial, informasi
dan tren terkini dapat dengan cepat dan mudah masuk ke Sangatta.
De Atake merupakan salah satu pelaku kedai kopi di Sangatta yang saat ini sedang
menghadapi masalah bisnis terkait penurunan penjualan. Baik itu disebabkan oleh
pesaing di industri yang sama juga pandemi Covid-19. Untuk itu, De' Atake sangat
perlu berinovasi untuk dapat bertahan dan tetap bersaing dalam ketatnya bisnis
kedai kopi di Indonesia, khususnya di Sangatta.
Dalam penelitian ini, framework yang digunakan adalah AFI (Analisa, Formulasi,
dan Implementasi). Dalam proses analisa, peneliti menggunakan pendekatan
external dan internal. Analisa 5 Kekuatan Porter, PESTEL dan Analisa Kompetitor
digunakan untuk menganalisa sisi eksternal yang mempengaruhi bisnis De Atake.
Analisa internal dilakukan dengan menggunakan Analisa VRIO dan Kanvas Model
Bisnis. Untuk mengetahui bagaimana pelanggan terlibat dengan De Atake, peneliti
melakukan analisa menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui wawancara dan penyebaran kuesioner.
Untuk mengatasi masalah bisnis De Atake, peneliti merekomendasikan inovasi
pada Kanvas Model Bisnis melalui pendekatan Strategi Blue Ocean. Dengan
menggunakan Kerangka Kerja Empat Langkah (Eliminate-Reduce-Raise-Create),
De Atake diharapkan dapat melompat ke pasar yang belum dimanfaatkan,
munculnya permintaan baru, tanpa persaingan yang relevan. Menghasilkan peluang
untuk mencapai pertumbuhan pendapatan yang tinggi dan tetap berkelanjutan.