Gunung Merapi merupakan gunung api aktif di Indonesia, letusan yang
terjadi pada tahun 2010 merupakan letusan besar dengan kala ulang 100 tahun
sekali. Aliran debris dominan ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak –
Gendol. Banjir debris terbesar terjadi pada tahun 2010 – 2011. Mitigasi
bencana di Sungai Opak salah satunya adalah infrastruktur sabo dam, sabo
dam berperan sebagai pengendali sedimen dan dapat meminimalisir potensi
terjadinya aliran debris. Saat ini di bagian hulu Sungai Opak telah terdapat
lima buah sabo dam, pada tahun 2022 telah dibangun dua buah sabo dam
tambahan yaitu OP RRC4 dan OP RRC3a. Dalam studi ini akan dilakukan
penelitian yaitu kajian pengendalian sedimen di Sungai Opak sebelum dan
sesudah adanya Sabo Dam OP RRC4 dan OP RRC3a.
Pendekatan hidrologi dilakukan menggunakan program HEC-HMS dengan
analisis awal topografi menggunakan ArcGIS 10.3, pendekatan hidraulika
dilakukan dengan Program HEC-RAS 6.3.1 2D non-Newtonian dan analisis
erosi-sedimentasi menggunakan Program Kanako 1.44. Kejadian banjir
debris di tanggal 3 Januari 2011 pasca erupsi Gunung Merapi digunakan
sebagai parameter kalibrasi hasil analisis hidrologi, hidraulika dan erosisedimentasi.
Geometri sungai yang digunakan adalah geometri sungai hasil
pengukuran tahun 2020.
Hasil penelitian diperoleh kondisi saluran pada kondisi eksisting sebelum
adanya dua sabo dam baru menggunakan debit Q2 dan Q100 di titik
pengamatan terjadi limpasan, setelah adanya Sabo Dam OP RRC4 dan OP
RRC3a saluran tidak terjadi limpasan. Berdasarkan hasil perbandingan
skenario menggunakan debit Q2 dan Q100 penurunan elevasi muka aliran
debris bisa berkurang mencapai 44,83 % menggunakan debit Q2 dan
penurunan elevasi muka aliran debris bisa berkurang mencapai 47,21 %
menggunakan debit Q100.
Hasil analisis erosi dan sedimentasi menggunakan debit Q2 dan Q100 terjadi
sedimentasi di seluruh ruas sungai lokasi studi, analisis erosi dan sedimentasi
dilakukan skenario penambahan satu buah sabo dam menjadi enam buah sabo
dam dan dua buah sabo dam menjadi tujuh buah sabo dam. Hasil analisis
menggunakan debit Q2 diperoleh pengurangan sedimentasi yang terjadi di
hilir setelah lokasi Sabo Dam OP RRC3a dengan enam buah sabo dam
sebesar 1.794 m3 (6,37 %) dan pengurangan yang terjadi di hilir setelah
lokasi Sabo Dam OP RRC3a dengan tujuh buah sabo dam sebesar 5.822 m3
(20,67 %) menggunakan debit Q2. Hasil analisis menggunakan debit Q100
diperoleh pengurangan yang terjadi di hilir setelah lokasi Sabo Dam OP
RRC3a dengan enam buah Sabo Dam sebesar 1.200 m3 (1,2 %) dan
pengurangan yang terjadi di hilir setelah lokasi Sabo Dam OP RRC3a dengan
tujuh sabo dam sebesar 4.357 m3 (4,36 %). Penambahan pembangunan sabo
dam OP RRC4 dan OP RRC3a sebagai mitigasi bencana erupsi Gunung
merapi cukup efektif untuk mengurangi potensi aliran debris. Pembangunan
sabo dam seri secara bersamaan lebih efektif mengurangi sedimentasi di
bagian hilir.