digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Selama 5 tahun terakhir, permintaan akan kebutuhan makanan dan minuman menurun karena pandemi covid-19 namun pada 2021, permintaan kembali meningkat dan industri makanan dan minuman mulai membaik. Minuman kemasan di indonesia sangat beragam mulai dari kopi, teh dan lainnya. Perusahaan yang memproduksi berbagai macam jenis minuman pun beragam seperti perusahaan swasta ataupun perusahaan milik negara. Khususnya, PT Perkebunan Nusantara VIII yang memproduksi berbagai macam teh seperti teh hitam, teh putih dan teh hijau. Pada awal 2021 PTPN VIII mulai memproduksi produk baru yang dilakukan berdasarkan permintaan konsumen yakni teh oolong dengan perkiraan kontrak senilai Rp. 40.000 per Kg sebanyak 150 ton. Penelitian ini menggunakakn metode deskriptif kuantitatif dengan menganalisis kapasitas kebun dalam menyediakan teh basah, mesin untuk produksi teh oolong juga bagaimana periode balik modalnya. Dalam proses produksi teh oolong, kebun dapat menyediakan 2,5-ton perhari melebihi hasil perhitungan yakni 1,9 ton namun, mesin yang digunakan untuk proses produksi terbilang tidak memadai. Kapasitas mesin hanya mampu memproduksi 94,86-ton pertahun jauh dibawah permintaan konsumen. Hal tersebut mengharuskan perusahaan menambahkan 3 buah mesin rotary dryer. Dengan ditambahkannya 3 mesin tersebut maka produksi teh mencapai 150ton dengan waktu 13 jam 25 menit.. Namun, penambahan mesin tersebut mengharuskan perusahaan mengeluarkan menginvestasikan dana sebanyak Rp. 540.000.000 yang dimana dengan angka tersebut nilai investasi mesin dapat kembali pada 4,4 tahun dengan umur mesin yang dapat digunakan selama lebih dari 25 tahun.