Selama 5 tahun terakhir, permintaan akan kebutuhan makanan dan minuman
menurun karena pandemi covid-19 namun pada 2021, permintaan kembali
meningkat dan industri makanan dan minuman mulai membaik. Minuman kemasan
di indonesia sangat beragam mulai dari kopi, teh dan lainnya. Perusahaan yang
memproduksi berbagai macam jenis minuman pun beragam seperti perusahaan
swasta ataupun perusahaan milik negara. Khususnya, PT Perkebunan Nusantara
VIII yang memproduksi berbagai macam teh seperti teh hitam, teh putih dan teh
hijau. Pada awal 2021 PTPN VIII mulai memproduksi produk baru yang dilakukan
berdasarkan permintaan konsumen yakni teh oolong dengan perkiraan kontrak
senilai Rp. 40.000 per Kg sebanyak 150 ton. Penelitian ini menggunakakn metode
deskriptif kuantitatif dengan menganalisis kapasitas kebun dalam menyediakan teh
basah, mesin untuk produksi teh oolong juga bagaimana periode balik modalnya.
Dalam proses produksi teh oolong, kebun dapat menyediakan 2,5-ton perhari
melebihi hasil perhitungan yakni 1,9 ton namun, mesin yang digunakan untuk
proses produksi terbilang tidak memadai. Kapasitas mesin hanya mampu
memproduksi 94,86-ton pertahun jauh dibawah permintaan konsumen. Hal
tersebut mengharuskan perusahaan menambahkan 3 buah mesin rotary dryer.
Dengan ditambahkannya 3 mesin tersebut maka produksi teh mencapai 150ton
dengan waktu 13 jam 25 menit.. Namun, penambahan mesin tersebut
mengharuskan perusahaan mengeluarkan menginvestasikan dana sebanyak Rp.
540.000.000 yang dimana dengan angka tersebut nilai investasi mesin dapat
kembali pada 4,4 tahun dengan umur mesin yang dapat digunakan selama lebih
dari 25 tahun.