ABSTRAK Endah Purwanti S
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Endah Purwanti S
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB1 Endah Purwanti S
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB2 Endah Purwanti S
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB3 Endah Purwanti S
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB4 Endah Purwanti S
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB5 Endah Purwanti S
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Endah Purwanti S
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Etnoastronomi merupakan ilmu multidisiplin yang berkaitan dengan persepsi
dan pemahaman manusia tentang fenomena astronomi melalui pendekatan budaya
serta sejarah manusia yang juga mencakup kalender, pengetahuan selestial,
mitologi langit serta ritual terkait, konsep kosmologis, dan tradisi. Masyarakat
Bugis Makassar memiliki catatan sejarah kuno berupa naskah lontaraq.
Naskah ini memuat beragam informasi terkait kearifan lokal termasuk penggunaan
aspek-aspek astronomi dalam penentuan waktu sebagai pertimbangan
sebelum beraktivitas. Penggunaan aspek astronomi pada aktivitas pertanian
dapat ditemukan dalam naskah pananrang alaurumang dan aktivitas perdagangan
pada kutika abbalu balukeng.
Analisis aspek-aspek astronomi pada penentuan waktu dalam aktivitas perdagangan
dan pertanian dilakukan berdasarkan data dari naskah lontaraq.
Data penentuan waktu yang saat ini beredar serta digunakan oleh masyarakat
Bugis Makassar akan digunakan sebagai pembanding. Data-data terkait
diperoleh melalui metode studi pustaka serta wawancara. Dalam penentuan
waktu di naskah lontaraq serta di masyarakat terlihat kemiripan pada pembagian
waktu dalam sehari menjadi lima bagian yang merujuk pada posisi
Matahari sebagai acuan pendefinisian waktu serta penggunaan penampakan
Bulan sebagai acuan perhitungan meskipun terdapat perbedaan dengan periode
sinodis Bulan yang sebenarnya. Sedangkan perbedaan terlihat pada media
perhitungan yang digunakan. Naskah kuno lontaraq cenderung menggunakan
biji-bijian sedangkan di masyarakat menggunakan telapak tangan. Objek
astronomi yang digunakan pada bintang-bintang dalam istilah lokal untuk penentuan
waktu di pananrang alaurumang dari total sebanyak 138 tanggal yang
tertera menunjukkan bahwa kemunculan bintang-bintang tersebut hanya dapat
diamati pada 69 tanggal untuk tahun 2023 dan 68 tanggal untuk tahun
1600. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh putus atau hilangnya sebagian
hingga keseluruhan terkait informasi pada naskah lontaraq secara utuh
baik dalam proses pembuatan maupun penulisan ulang penentuan waktu yang
terjadi secara turun temurun.