Berita pada akhir tahun 2019 mengenai kasus Asabri dan Jiwasraya telah menjadi
mega skandal BUMN di Indonesia. Kasus ini menyebabkan kerugian terhadap
perekonomian negara hingga triliunan rupiah akibat adanya investasi saham yang
tidak likuid dan gorengan. Saham tidak likuid merupakan saham yang tidak aktif
diperdagangan, ditandai dengan tidak selalu ada antrian order pada fraksi-fraksi
harga di harga permintaan (bid price) maupun penawaran (offer price). Adapun
saham gorengan merupakan saham dengan volatilitas harga yang tinggi karena
adanya rekayasa yang dilakukan oleh pelaku pasar dengan tujuan tertentu. Sebagai
seorang investor biasanya akan menghindari kedua jenis saham ini karena terlalu
berisiko dengan tidak mempunyai fundamental yang baik dan masuk kedalam
pergerakan perdagangan saham yang tidak biasa (unusual market activity).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaji risiko dan return yang optimum pada
kasus Asabri dan Jiwasraya dengan menggunakan Model Portofolio Markowitz.
Masalah yang dikaji adalah masalah single-objective dan multi-objective. Pada
masalah optimisasi portofolio single-objective dicari proporsi saham yang akan
menghasilkan risiko minimum dan juga dicari proporsi saham yang menghasilkan
return maksimum yang telah ditentukan. Untuk masalah single-objective
digunakan kendala seperti buy-in threshold yaitu kendala yang membatasi nilai
minimum proporsi saham supaya proporsi yang didapatkan tidak terlalu kecil,
cardinality yaitu kendala yang membatasi banyaknya saham yang akan dimasukkan
kedalam portofolio, dan roundlot yaitu kendala yang memungkinkan mencari nilai optimum dari investasi saham dalam satuan lot. Pada masalah optimisasi portofolio
multi-objective dicari nilai optimum dari risiko dan return secara bersamaan dengan
menggunakan metode penjumlahan berbobot (sum-weighted method). Digunakan
21 bobot untuk membangun pareto front sigma terhadap return, dengan sigma
adalah akar kuadrat dari risiko. Pada grafik pareto front didapat bahwa untuk
mendapatkan return yang tinggi maka diiringi dengan risiko yang besar pula.
Karena terdapat perbedaan komposisi saham pada saat kasus rilis dan kondisi
terbaru. Maka digunakan kedua data sebagai perbandingan. Data pada saat kasus
rilis yaitu data 14 saham Asabri dan 9 saham Jiwasraya pada periode April 2019 –
Desember 2019, dan data 30 saham IDX30 pada periode Januari 2014 – Desember
2019. Dan data terbaru adalah data 20 saham Jiwasraya pada periode Januari 2019
– November 2019, data 21 saham Asabri pada periode Januari 2018 – Desember
2018, dan data 30 saham IDX30 pada periode Januari 2017 – Desember 2021. Pada
saham IDX30 menggunakan masalah optimisasi portofolio multi-objective dengan
cardinality (K=14, K=9, K=20, K=21). Hal ini dilakukan sebagai perbandingan
hasil optimisasi return dan risiko terhadap portofolio saham Asabri dan Jiwasraya.
Masalah optimisasi portofolio ini diselesaikan dengan menggunakan metode
Firefly Algorithm (FA). Firefly Algorithm (FA) merupakan metode metaheuristik
yang dikembangkan berdasarkan kecerdasan berkelompok yang dimaksudkan
untuk meniru karakteristik kunang-kunang. Untuk mengevaluasi performa FA
digunakan tiga fungsi benchmark, masalah MINLP, dengan masalah optimisasi
portofolio dengan kendala buy-in threshold dan roundlot.