Perpustakaan Digital ITB

Perancangan interior Pusat Film Sinematek ini berangkat dari isu pengarsipan film-film Indonesia yang kurang diperhatikan bersamaan dengan perkembangan film Indonesia yang semakin menunjukkan kemajuan. Sebagai salah satu media seni dan hiburan, film telah dikenal di Indonesia sejak tahun 1905, dimana produksi film Indonesia mulai dilakukan sejak 1926. Berbagai periode dan berbagai tingkatan popularitas sudah dilalui dalam sejarah perfilman tersebut. Setelah keterpurukannya pada decade 90-an, perfilman Indonesia mulai bangkit pada tahun 1999, dan masih menunjukkan eksistensi bahkan prestasi sampai saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa perfilman Indonesia masih diminati masyarakat dan berpotensi untuk berkembang. Maka dari itu, penting untuk mengetahui sejarah dan perjalanan dunia perfilman Indonesia. Masalah yang timbul adalah bagaimana masyarakat dapat mengakses informasi terkait sejarah perfilman Indonesia dan arsipnya. Namun sayangnya, arsip-arsip film yang dapat dipelajari tersebut dalam pengarsipannya di Sinematek kurang mendapat perhatian dari Pemerintah. Hal tersebut mengakibatkan Sinematek tidak banyak diketahui dan tidak cukup mudah untuk diakses masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan fasilitas yang dapat menyajikan informasi terkait bidang perfilman yang mudah diakses masyarakat. Fasilitas tersebut juga harus dapat mempromosikan perfilman Indonesia, tanpa menghilangkan fungsinya sebagai tempat preservasi bagi arsip perfilman Indonesia. Pusat Film Sinematek yang baru akan dibangun dengan mengusung konsep Environment Type Exhibition. Konsep ini masih jarang diterapkan di fasilitas umum, dan diharapkan dapat memberikan pengalaman yang baru kepada masyarakat. Penggunaan konsep ini diharapkan dapat menarik minat dan perhatian masyarakat untuk mengetahui sejarah dan berbagai informasi seputar perfilman Indonesia, serta menginspirasi para penggiat muda perfilman Indonesia.