digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Mangrove hanya mencakup sekitar 0,7% dari hutan tropis global, tetapi mangrove menyimpan hingga 20Pg karbon yang setara dengan 2.5 kali emisi CO? global tahunan. Pengelolaan mangrove yang lebih baik dapat mengurangi emisi CO? dan meningkatkan potensi sekuestrasi hutan yang terganggu. Namun, area mangrove mengalami penurunan sekitar 20% dan 35% dari tahun 1980 hingga 2000. Degradasi dan deforestasi mangrove mengakibatkan terlepasnya karbon yang berada dalam sedimen ke atmosfer. Hal tersebut membuat mangrove memerlukan pelestarian dan penanaman kembali. Tujuan utama dari penelitian ini yaitu memodelkan prioritas lokasi penanaman mangrove dengan parameter multi-sumber disertai prediksi kandungan karbon dan dampak kenaikan muka air laut pada area yang akan dilakukan penanaman mangrove di wilayah Asia Tenggara. Tujuan tersebut dicapai dengan membuat tiga produk penelitian. Produk pertama yaitu menganalisis lahan yang sesuai untuk penanaman mangrove di Asia Tenggara. Parameter-parameter yang digunakan untuk penentuan kesesuaian lahan mangrove adalah parameter hidrodinamika, iklim, geomorfologi, human pressure, tekstur tanah, dan jenis mangrove. Produk kedua pada penelitian ini yaitu mengestimasi dan menganalisis kandungan karbon masa depan pada daerah yang akan dilakukan restorasi mangrove pada above ground biomass (AGB). Produk ketiga yaitu mengkaji area penanaman mangrove yang terpapar kenaikan muka air laut di masa depan dan menganalisis perubahan kandungan karbon masa depan pada area mangrove yang terpapar kenaikan muka air laut. Ketiga produk tersebut dianalisis menggunakan kombinasi data remote sensing, data model, dan data statistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 31.000 ha area yang sangat sesuai untuk ditanami mangrove, dan 232.919 ha serta 45.325 ha area yang sesuai dan cukup sesuai untuk penanaman mangrove. Selain itu, riset ini juga membuktikan bahwa terdapat potensi karbon yang hingga 60,721 Mg/ha dan 406.783 Mg/ha jika area tersebut ditanami mangrove selama 25 tahun dan 100 tahun secara berturut-turut dengan persentase mangrove yang hidup 75%. Tetapi, kesesuaian lahan mangrove tersebut juga memiliki ancaman yang serius dari perubahan iklim, khususnya kenaikan muka air laut. Studi ini memprediksi bahwa kenaikan muka air laut yang konstan selama 100 tahun dapat menghilangkan 33% area yang sesuai untuk tumbuhnya mangrove. Salah satu efek dari hal tersebut yaitu kandungan karbon mangrove masa depan berkurang lebih dari setengahnya di daerah Mekong Delta. Bahkan di daerah Surigao (Filipina) dan Singapura semua area kesesuaian mangrove terendam sehingga tidak ada karbon mangrove yang tersisa di masa depan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terkait penanaman kembali mangrove di wilayah Asia Tenggara. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat mendukung terselenggaranya sustainable development goals (SDGs) poin ke-13 yaitu mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya, dan poin ke-14 yaitu mengkonversi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan berkelanjutan.