digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Riezcy Cecilia Dewi
PUBLIC Irwan Sofiyan

Sub-DAS Cikeruh merupakan salah satu anak sungai DAS Citarum yang termasuk ke dalam kondisi sungai kritis, terletak di tiga Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Kabupaten Sumedang. Sub-DAS Cikeruh memiliki fungsi untuk menopang ketahanan pangan, suplai air irigasi dan air baku, dan ketersediaan energi bagi masyarakat disekitar alirannya. Namun, Sub-DAS Cikeruh telah mengalami defisit air pada tahun 2020. Tingginya tekanan penduduk dan aktivitas perekonomian di Sub-DAS Cikeruh akan memacu peningkatan eksploitasi sumberdaya air sehingga terjadi penurunan cadangan sumberdaya air di masa mendatang. Wilayah Sub-DAS Cikeruh memiliki iklim muson tropis yang memiliki curah hujan rata-rata tahunan di kawasan hulu sebesar 4.000 mm dan di kawasan hilir sebesar 1.000 mm. Potensi sumberdaya air ini sangat besar, namun sebesar 33,45% air hujan belum termanfaatkan dan akhirnya terbuang ke laut. Kondisi ini jika dibiarkan dalam jangka panjang akan mengancam krisis kelangkaan air. Permasalahan tersebut menuntut adanya pengelolaan terintegrasi dan mengefisienkan pemanfaatan air, agar air tetap tersedia dengan jumlah memadai di masa mendatang. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Sub-DAS Cikeruh dari tahun 2015 hingga tahun 2021, (2) menghitung ketersediaan dan kebutuhan air dari tahun 2015 hingga tahun 2021, (3) menganalisis status keberlanjutan pengelolaan sumberdaya air di Sub-DAS Cikeruh berdasarkan aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan, dan (4) menentukan skenario terbaik pemanfaatan air di Sub DAS Cikeruh menggunakan model dinamik. Analisis penggunaan lahan dilakukan menggunakan interpretasi data citra Google Earth dengan perangkat lunak Arc-GIS dan menggunakan klasifikasi OSD (On-Screen Digitizing). Ketersediaan air yang dihitung adalah ketersediaan air sungai dan air tanah. Jumlah air sungai dan air tanah didapatkan hasil pengolahan model SWAT (Soil and Water Assessment Tool). Adapun kebutuhan air dihitung menggunakan SNI 19-6728.1-2002 tentang penyusunan neraca sumberdaya air spasial. Keberlanjutan pengelolaan sumberdaya air di Sub-DAS Cikeruh selanjutnya dianalisis untuk mengetahui status keberlanjutannya serta mengidentifikasi faktorfaktor pengungkit keberlanjutan. Analisis keberlanjutan dilakukan menggunakan metode pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS) melalui penilaian Rapid appraisal-DAS (Rap- DAS) yang merupakan modifikasi dari Rapfish. Faktor-faktor pengungkit dari setiap dimensi keberlanjutan digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan model dinamik. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode tahun 2015 hingga tahun 2021 telah terjadi perubahan penggunaan lahan di Sub-DAS Cikeruh. Penggunaan lahan yang mengalami peningkatan luasan yaitu hutan sebesar 17,01% (1.992,94 Ha); pemukiman sebesar 14,51% (2.553,33 Ha); lahan terbuka sebesar 5,08% (893,64 Ha); dan tubuh air sebesar 0,25% (44,25 Ha). Sedangkan jenis penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luasan yaitu pertanian lahan kering campuran sebesar 22,19% (2.904,71 Ha) dan sawah sebesar 14,66% (2.579,45 Ha). Adapun ketersediaan air di Sub-DAS Cikeruh mengalami perubahan dari 419.134.194 m3/tahun pada tahun 2015 menjadi 430.746.151 m3/tahun pada tahun 2021 atau meningkat sebesar 0,56% per tahun. Sedangkan kebutuhan air mengalami perubahan dari 331.032.094 m3/tahun pada tahun 2015 menjadi 467.822.229 m3/tahun pada tahun 2021 atau meningkat sebesar 5,95% per tahun. Dengan demikian, terjadi defisit air di wilayah Sub-DAS Cikeruh pada tahun 2020. Hasil analisis keberlanjutan pengelolaan sumberdaya air di Sub-DAS Cikeruh secara multidimensi berada pada status “cukup berkelanjutan” dengan nilai indeks 57,68%. Hasil analisis leverage menunjukkan 9 (sembilan) faktor pengungkit keberlanjutan yang dapat dikaji dalam menyusun model dinamik pemanfaatan air berkelanjutan, yaitu berupa: 1) pemeliharaan catchment area; 2) ketersediaan air; 3) tingkat pemanfaatan air dari DAS; 4) iklim investasi; 5) pendapatan per kapita; 6) pemahaman masyarakat terhadap kelestarian sumberdaya alam; 7) partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS; 8) koordinasi antar lembaga; dan 9) kerjasama antara pemangku kepentingan. Model dinamik menunjukkan bahwa usaha intensifikasi (skenario 3) yang terdiri dari usaha : re-alokasi air industri dari air tanah ke air sungai, pembendungan sungai diperbanyak, penurunan target pertumbuhan industri, penghematan air irigasi untuk pertanian, dan penghematan air untuk industri merupakan skenario terbaik karena dapat menyediakan air dalam jangka panjang, pemanfaatan air yang efisien, dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang wajar dan berkelanjutan.