digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rayhan Ekananto
PUBLIC Alice Diniarti

QF-4 Phantom dianggap sebagai Unmanned Combatant Aerial Vehicle (UCAV) yang berasal dari jet tempur dan mampu melakukan manuver yang tidak biasa yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh pesawat biasa. Manuver bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi penerbangan, namun secara umum pesawat perlu memiliki ketahanan tertentu terhadap stall, spin, dan hambatan dinamis penerbangan lainnya. Salah satu metode yang umum digunakan pada pesawat tempur adalah pemasangan efektor tidak konvensional yang meliputi namun tidak terbatas pada Thrust Vectoring Control (TVC), thrust, winglet, dan canard. Efektor tidak konvensional ini memiliki ukuran dan fungsi yang bervariasi sesuai dengan apa yang ingin dicapai oleh pesawat. Oleh karena itu, sistem switching sistem kontrol penerbangan yang diterapkan pada kebutuhan konvensional dan non-konvensional harus dipasang agar pesawat dapat secara mandiri dapat memilih efektor yang paling efektif dan optimal yang perlu digunakan untuk kondisi penerbangan dan manuver tertentu. Metode penentuan efektor yang akan digunakan adalah dengan melakukan simulasi numerik dan komputasi menggunakan perangkat lunak MATLAB dan Simulink dan berdasarkan prinsip kontrol multivariabel. Model dinamis QF-4 Phantom juga dibuat yang dipangkas dan dilinierkan sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan kemudian diterapkan kembali ke model non-linier di mana peralihan dapat dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk Model Simetris 3DoF pesawat QF-4 Phantom, kombinasi ?T (Thrust) – ?ptv (pitch-thrust vectoring) adalah yang paling efektif dalam mencapai trim holding. Kombinasi ini dengan cepat dan akurat memangkas sinyal angle of attack (?) dan flight path angle (?). Di sisi lain, kombinasi ?E (Elevator) – ?ptv tidak mampu memangkas kedua sinyal secara bersamaan, karena menghasilkan sudut pitch yang lebih rendah dan tingkat penurunan yang lebih lambat. Akhirnya, kombinasi ?E – ?T mirip dengan ?T – ?ptv tetapi jauh lebih baik setelah beralih yang memiliki ketinggian dan kecepatan lebih rendah. Sementara itu, Model Asimetris 6DoF pesawat menggunakan input efektor berupa thrust, pitch-thrust vectoring, dan yaw-thrust vectoring yang bila diterapkan pada model non-linear, cenderung menyimpang lebih jauh ke arah x, atau yaw ke kanan. Temuan ini menjelaskan keefektifan dan keterbatasan kombinasi efektor yang berbeda untuk kontrol manuver di UCAV.