BAB1 Novita Ambarsari
EMBARGO  2026-03-02 
EMBARGO  2026-03-02 
BAB2 Novita Ambarsari
EMBARGO  2026-03-02 
EMBARGO  2026-03-02 
BAB3 Novita Ambarsari
EMBARGO  2026-03-02 
EMBARGO  2026-03-02 
BAB4 Novita Ambarsari
EMBARGO  2026-03-02 
EMBARGO  2026-03-02 
BAB5 Novita Ambarsari
EMBARGO  2026-03-02 
EMBARGO  2026-03-02 
COVER Novita Ambarsari
EMBARGO  2026-03-02 
EMBARGO  2026-03-02 
COVER Novita Ambarsari
EMBARGO  2026-03-02 
EMBARGO  2026-03-02 
Timbal menjadi salah satu unsur logam yang banyak ditemukan di lingkungan.
Sumber utama timbal yang secara historis berasal dari emisi kendaraan bermotor
yang menggunakan bensin bertimbal, walaupun penggunaan bensin bertimbal saat
ini sudah dilarang. Selain itu, sumber lain timbal di atmosfer berasal dari aktivitas
pertambangan, pembakaran kayu dan batu bara, peleburan, penyulingan logam, dan
pembakaran sampah. Sifat timbal yang tidak dapat terdegradasi secara biologis dan
dapat terakumulasi di dalam tubuh manusia, menjadikan paparan timbal dapat
menimbulkan berbagai gangguan kesehatan pada manusia.
Monitoring kandungan timbal di lingkungan perlu dilakukan secara terus menerus
sebagai salah satu cara untuk mengevaluasi polusi dari timbal serta memperkirakan
dampak dari polusi timbal di masa yang akan datang terhadap kesehatan manusia
maupun lingkungan. Penentuan timbal dalam kadar rendah dengan tingkat akurasi
yang baik dan selektifitas yang tinggi masih menjadi tantangan selain karena
konsentrasi timbal di lingkungan cukup rendah juga karena kompleksitas matriks
dalam sampel lingkungan.
Oleh karena itu, diperlukan adanya metode pemisahan yang dapat digunakan untuk
pemisahan timbal serta metode prakonsentasi dengan selektifitas tinggi yang
mampu menganalisis timbal dalam sampel lingkungan yang kompleks dalam kadar
rendah (renik). Salah satu metode pemisahan dan prakonsentrasi yang banyak
digunakan adalah Solid Phase Extraction (SPE) dengan polimer bercetakan ion (Ion
Imprinted Polymers/IIPs) yang digunakan sebagai material fungsional. IIPs yang
digunakan dalam SPE memiliki kelebihan diantaranya kinetika pengikatan yang
cepat, dapat digunakan berulang, memiliki kapasitas adsorpsi yang besar, dan
mudah digunakan dalam automatisasi proses ekstraksi. Pemilihan ligan/agen
pengkompleks yang tepat dalam sintesis IIPs dapat memberikan peningkatan
kinerja IIPs dengan selektifitas yang tinggi.
Pada penelitian ini, ion imprinted polymers untuk timbal (Pb-IIP) disintesis dengan
teknik pemerangkapan yang melibatkan kompleks terner Pb(II) dengan ligan Pyridilazo resorcinol (PAR) dan 4-Vinyl Pyridine (4-VP). PAR dapat membentuk
senyawa kompleks dengan ion Pb(II) dan bersama-sama dengan vinil piridin (VP)
akan dapat membentuk kompleks terner dengan Pb(II). Gugus vinil pada VP akan
berikatan secara kovalen dengan tulang punggung polimer pada saat polimerisasi,
sedangkan ligan PAR akan terperangkap di dalam matriks polimer. Dengan
demikian posisi cetakan pada IIP dapat dipertahankan setelah template dilepaskan
dari polimer. Non-Imprinted Polymer (NIP) disintesis sebagai pembanding dengan
dua jenis NIP yaitu dengan penambahan ligan PAR (NIPP) dan tanpa penambahan
ligan PAR (NIP). Jenis ligan yang digunakan dan kemampuan polimer dalam
mempertahankan struktur geometri cetakannya, mempengaruhi kemampuan
adsorpsi dan selektifitas IIP. Polimer dengan komposisi rantai pendek dapat
memberikan rigiditas yang tinggi. Asam metakrilat (MAA) digunakan sebagai
monomer fungsional dalam sintesis Pb-IIP ini yang diketahui banyak digunakan
karena kemampuannya berperan sebagai donor proton dan ikatan hidrogen serta
akseptor ikatan hidrogen. MAA memiliki ikatan rangkap yang sangat reaktif dan
bersifat larut dengan monomer yang larut dalam air maupun minyak. Gugus
karboksilat dalam MAA dapat mendorong pembentukan partikel polimer. TRIM
dipilih sebagai agen pengikat silang (crosslinker) yang diharapkan mampu
membentuk jejaring polimer yang lebih kuat dalam mempertahankan cetakan tiga
dimensi dari template. Kinerja IIP yaitu afinitas dan selektifitas yang tinggi
ditentukan oleh interaksi logam dengan ligan dan juga jumlah sisi aktif yang
terbentuk pada saat polimerisasi.
Karakterisasi material polimer telah dilakukan meliputi karakterisasi fisik dengan
analisis FTIR, SEM-EDX, TGA, BET, dan potensial zeta. Optimasi komposisi
sintesis dan teknik polimerisasi dilakukan untuk mendapatkan polimer dengan
kapasitas dan imprinting factor (IF) terbaik. Polimer kemudian dievaluasi kinerja
retensi dengan metode batch dan kolom SPE yang dilanjutkan dengan penggunaan
Pb-IIP sebagai sorben dalam teknik prakonsentrasi berbasis analisis injeksi alir
(FIA), dan aplikasi di dalam penentuan konsentrasi Pb(II) dalam sampel partikulat
udara (PM2,5).
Hasil evaluasi kinerja retensi dengan metode batch menghasilkan nilai kapasitas
adsorpsi maksimum sebesar 14,3 mg/g untuk Pb-IIP, dan 12,56 mg/g serta 10,63
mg/g untuk NIPP dan NIP. kondisi optimum adsorpsi yaitu pH 6, waktu kontak 120
menit, dan massa sorben 25 mg, kinetika adsorpsi mengikuti model pseudo orde
dua, dan isoterm adosorpsi mengikuti model Langmuir. Faktor pemisahan dan
selektivitas dari Pb-IIP terhadap ion Pb(II) dengan keberadaan ion logam lain yaitu
Cu(II), Cd(II), dan Zn(II) menunjukkan koefisien selektivitas terbesar pada larutan
kuarterner. Siklus adsorpsi-desorpsi sorben Pb-IIP dalam kolom SPE untuk
penggunaan berulang lebih dari lima siklus masih memberikan nilai % recovery >
95% dan prakonsentrasi dapat dilakukan hingga 4 kali dengan HNO3 3 M sebagai
eluen dan massa sorben 100 mg.
Prakonsentrasi berbasis FIA-FAAS menggunakan mini kolom dengan massa
sorben 35 mg, laju alir 1,5 mL/menit, dan carrier aqua DM pH 6 menggunakan
sistem katup delapan jalur menghasilkan nilai kapasitas retensi dinamik sebesar
5,20 mg/g dengan konsentrasi Pb(II) 40 mg/L. Volume breaktrough dicapai pada waktu 2,97 menit. Kinerja analitik FIA-FAAS diperoleh presisi 3,09%, linearitas
0,9925, limit deteksi 5,11 ?g/L, limit kuantifikasi 16,84 ?g/L, dengan akurasi pada
rentang 90%-110% yang menunjukkan efek matriks di dalam sampel tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proses analisis Pb(II). Kinerja FIA
yang dihasilkan yaitu faktor pengayaan 23,33 kali, efisiensi konsentrasi 11,65 per
menit, dan indeks konsumtif 4,5 mL. Waktu analisis yang singkat dan volume
reagen yang sedikit, serta kemudahan penggabungan dengan berbagai instrumen
menjadi keunggulan dari teknik FIA-FAAS.
Aplikasi sistem FIA-FAAS dengan sorben Pb-IIP untuk prakonsentrasi dan analisis
ion Pb(II) dalam sampel parikulat udara (PM2,5) menghasilkan nilai akurasi yang
cukup baik dan dapat diketahui konsentrasi Pb(II) dalam sampel PM2,5 yang
digunakan pada penelitian ini yaitu sebesar 174,29 ng/m3 dan 217,86 ng/m3
. Nilai
ini masih berada di bawah ambang batas aman yang ditetapkan oleh pemerintah
yaitu sebesar 2000 ng/m3 untuk durasi sampling selama 24 jam.
Teknik prakonsentrasi dan pemisahan ion Pb(II) dengan sistem FIA-FAAS
menggunakan sorben Pb-IIP yang disintesis pada penelitian ini dapat digunakan
untuk analisis ion Pb(II) dengan kadar renik di dalam sampel khususnya sampel
lingkungan. Pengaruh matriks yang dapat diminimalkan menjadikan metode ini
dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam analisis Pb(II) dengan kadar renik
menggunakan instrumen umum seperti FAAS sehingga dapat dilakukan di banyak
laboratorium yang belum memiliki instrumen lainnya yang digunakan di dalam
metode standar.