Provinsi Bali, yang telah menyatakan diri menjadi Bali Energi Bersih menurut Pergub
45 tahun 2019, diproyeksikan akan mengalami pergeseran bauran energi besar -
besaran. Dalam hal ini biomassa, sebagai alternatif batubara di masa depan (Hess, J .
R, 2016), turut menjadi salah satu jenis alternatif energi yang dapat berkontribusi
dalam diversifikasi sumber energi baru terbarukan dalam pengembangan Ba l i En e r g i
Bersih. Pengembangan energi biomassa melibatkan aktivitas hulu hingga hilir yang
kompleks dan membutuhkan perencanaan yang komprehensif untuk memastikan
keberlanjutannya. Permasalahan di sisi hulu berup a ketersediaan bahan bak u h i n g g a
permasalahan hilir berupa faktor kendala finansial kerap menjadi halangan dalam
mewujudkan pengembangan yang berkelanjutan. Maka dari itu diperlukan kajian
potensi dan kesesuaian lokasi yang optimal dengan mengintegrasikan berbagai
kriteria sebagai penjamin keberlanjutan pembangkit biomassa di Provinsi Bali.
Penelitian ini mengembangkan analisis multikriteria berbasis sistem informasi
geografis dengan pembobotan AHP untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan
kesesuaian lokasi pembangkit energi biomassa untuk pemanfaatan berkelanjutan
biomassa. Dengan menggunakan kriteria dari berbagai literatur yang telah
disesuaikan dengan konteks lokal, penelitian ini mengidentifikasi Prov i n s i Ba l i y a n g
memiliki potensi biomassa sumber primer dan sekunder dari lahan kritis, pe r h u t a n an
sosial, dan residu kelapa serta 40 titik lokasi yang sesuai untuk pengembangan energi
biomassa.